Jumat 21 Apr 2023 01:30 WIB

3 Amalan Tersembunyi yang Membuat Umat Muslim Ikhlas Sholatkan Jenazah Ahli Maksiat

Seorang ahli maksiat sempat ditolak disholatkan karena maksiatnya semasa hidup

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi latihan sholat jenazah. Seorang ahli maksiat sempat ditolak disholatkan karena maksiatnya semasa hidup
Foto:

Kehadiran ulama besar itu pun dilihat warga sekitar. Akhirnya, banyak orang berduyun-duyun datang. Mereka yang tadinya enggan mendekat kini mulai merapatkan barisan untuk menshalati jenazah tersebut. Akhirnya, shalat fardhu kifayah itu diikuti cukup banyak jamaah. Istri almarhum menangis haru.

Sesudah jenazah dikebumikan, beberapa orang menghampiri dai yang dijuluki waliyullah itu. Mereka ingin mendengar alasan sang alim, mengapa bersedia menshalati orang yang semasa hidupnya kerap melakukan kejahatan.

"Semalam, aku mendengar dalam mimpiku sebuah suara, yang mengatakan, 'Turunlah kamu kepada si fulan karena tidak seorang pun yang mau menshalati jenazahnya. Shalatkanlah ia, sebab ia telah diampuni Allah SWT," ujar orang tua itu.

Jawaban tersebut masih kurang begitu menerangkan bagi mereka. Apa yang telah dilakukan almarhum sehingga seorang waliyullah diberi ilham oleh Allah Ta'ala untuk mengurus jenazahnya? Bukankah almarhum semasa hidupnya kerap melakukan maksiat?

Menyadari keheranan mereka, sang ahli ibadah kemudian memanggil istri almarhum dan menanyakan perilaku suaminya semasa hidupnya. Setelah terdiam cukup lama, perempuan itu kemudian berkata, "Orang-orang mengetahui bagaimana kebiasaan almarhum suami saya. Sehari-harinya dia hanya berbuat dosa dan maksiat. Setiap malam dilewatinya dengan mabuk-mabukan."

"Apakah ada amalan kebaikan yang pernah dilakukan suamimu semasa hidupnya? Coba diingat-ingat kembali," tanya sang waliyullah. Sejenak, perempuan itu terdiam. Lantas, dirinya menjawab, "Oh ya, saya ingat sekarang. Suami saya pernah melakukan tiga amalan sebelum ajal menjemputnya." Apa itu?

Pertama, ujar sang istri, pernah suami saya dalam kondisi mabuk hingga waktu Subuh. Begitu mendengar azan Subuh, ia segera mengganti pakaiannya dan mengambil wudhu. Ia lantas bergegas ke masjid untuk mengikuti shalat Subuh.

Kedua, pada suatu malam ia pernah tersadar dari mabuknya. Di sepertiga akhir malam itu, ia bersimpuh di atas sajadah dan menangis. Dengan mengangkat kedua tangannya, kudengar ia berdoa, 'Ya Allah, letak neraka jahanam manakah yang Engkau kehendaki untuk orang zalim sepertiku?'

Ketiga, di rumah kami tidak pernah sepi dari anak-anak yatim. Suami saya memberi makan, pakaian, dan naungan tempat tinggal untuk mereka. Dengan demikian, mereka tidak bersedih hati. Bahkan, kadang-kadang saya menyangka rasa sayangnya untuk anak-anak yatim melebihi terhadap anak kami sendiri.

 

Sejak saat itu, hilanglah kesan buruk penduduk Basrah terhadap diri sang almarhum. Mereka mengenangnya sebagai Muslim yang baik.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement