Kamis 22 Jul 2021 19:00 WIB

Belajar Ilmu Sejarah dari Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun menekankan bagaimana mendapatkan pengetahuan sejarah secara ilmiah.

Belajar Ilmu Sejarah dari Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun. Belajar filsafat dan sosiologi bersama Ibnu Khaldun.
Foto:

Bagian Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun

Muqaddimah dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama merupakan kajian dasar tentang peradaban, dengan titik berat pada aspek otoritas, penguasa, hingga perekonomian masyarakat. Ibnu Khaldun tak hanya mendeskripsikannya, tapi juga menjelaskan akar-akar historisnya serta hubungan sebab-akibat pada berbagai fenomena sejarah.

Di bagian kedua, Ibnu Khaldun secara spesifik mengulas soal sejarah bangsa Arab dari masa yang paling awal hingga ke masa saat Ibnu Khaldun menulis buku itu. Untuk meletakkan sejarah bangsa Arab dalam perspektif yang lebih luas, ia juga membahas tentang masa lalu bangsa-bangsa lain di sekitar Tanah Arab, mulai dari Persia, Israel, Yunani, Romawi, Turki hingga Eropa. Bagian terakhir menitikberatkan perhatian pada sejarah bangsa Barbar dan Zanatah.

Di Muqaddimah, Ibnu Khaldun memperkenalkan sejumlah istilah yang berkaitan dengan studi sejarah yang ia lakukan. Pertama, ‘ilm al-‘umrān atau ilmu tentang kebudayaan yang menurutnya, mengkaji perihal masyarakat manusia dan segala problematikanya. Ia juga menekankan aspek lain yang penting di sini: transformasi masyarakat dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan lainnya.

Kedua, ‘asabiyyah atau kohesi sosial. Menurutnya, kohesi sosial ini adalah elemen penting dalam muncul dan berkembangnya kekuasaan di suatu masyarakat di tempat tertentu. Kohesi ini secara alamiah lahir di dalam klan atau suku dari mana seseorang berasal. Agama lalu memberi penguatan pada kohesi sosial yang telah terbentuk ini.

Ketiga, hikma atau kebijaksanaan. Di dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun menggarisbawahi bahwa sejarah merupakan cabang dari ilmu kebijaksanaan.

Sejarah tidak hanya bicara tentang tokoh dan peristiwa, tapi juga memberi pelajaran tentang baik dan buruk, serta benar dan salah. Caranya adalah dengan mempelajari kisah kehidupan para raja dan tokoh besar lainnya di zaman dahulu.

Ratusan tahun setelah Ibnu Khaldun wafat, Muqaddimah masih tetap dibaca dan direnungkan orang. Kitab ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, yang menunjukkan luasnya pengaruh pemikiran Ibnu Khaldun.

Sejarawan Inggris terkemuka, Arnold Toynbee, menyebut Muqadddimah sebagai karya terbesar di antara karya-karya sejenisnya. Apresiasi juga datang dari para sarjana Barat lainnya, termasuk Marshall Hodgson (sejarawan Universitas Chicago yang terkenal dengan bukunya, The Venture of Islam) yang menyebut buku ini sebagai pengantar terbaik untuk memahami peradaban Islam.

Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2018

Link artikel asli

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement