Adapun sosok yang kedua adalah Juraij. Juraij adalah laki-laki Bani Israel yang gemar beribadah.
Ia selalu melaksanakan sembahyang, zikir, dan berdoa kepada Allah. Ia kemudian membangun sebuah tempat pertapaan yang digunakan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Suatu hari, ibunya datang saat ia sedang beribadah. Ibunya berkata: “Wahai Juraij,”. Lalu Juraij berkata: “Ya Tuhan, ibadahku atau ibuku?” Sempat dilanda kebingungan antara meneruskan shalat atau memenuhi panggilan ibunya, akhirnya Juraij memilih meneruskan shalat.
Karena itulah, ibunya pun pergi. Esok harinya, sang ibu kembali mendatangi Juraij ketika sedang shalat. Ia kembali memanggil Juraij namun tak dibalas.
Pada akhirnya, ibu Juraij pun murka dan bersumpah serapah: “Ya Allah, jangan matikan dia sampai melihat muka wanita pelacur,”.
Setelah mendoakan Juraij dengan doa seperti itu, ibunya pun pergi. Setelah itu, orang-orang Bani Israel menggunjingkan ibadah Juraij serta menaruh kebencian terhadapnya. Kaum Bani Israel tidak menginginkan ibadah tekun yang dilaksanakan Juraij, mereka lebih memilih kemesuman, kefasikan, dan dunia pelacuran.