REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata al-Mushawwir dalam berbagai bentuknya ditemukan delapan kali di dalam Alquran. Kata ini dirangkai sebagai satu kesatuan dengan kata al-Khaliq (Maha Pencipta) dan al-Bari (Maha Mengadakan).
Ketiga kata ini berkaitan dengan perbuatan Allah: mencipta, berkreasi, membuat sesuatu dari tiada menjadi ada. Namun, satu kata lainnya memiliki perbedaan makna, baik dari segi aksentuasi maupun implikasinya.
Allah itu Khaliq (Pencipta) langit, bumi dan segala yang ada, termasuk manusia, karena Dia yang mengukur kadar ciptaan-Nya. Allah itu Bari’ karena Dia menciptakan dan mengadakan dari ketiadaan.
Sedangkan Allah itu Mushawwir karena Dialah yang memberi bentuk dan rupa, cara dan substansi bagi ciptaan-Nya yang beraneka ragam. Dari sekian banyak makhluk-Nya, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terbaik dari segi bentuk dan potensinya, dengan memberinya kemampuan berpikir dengan akal, memberinya hati dan hidayah (petunjuk jalan kehidupan) melalui wahyu dengan mengutus para Nabi dan Rasul.
Selain itu, Allah juga menyediakan segala fasilitas kehidupan (rezeki) di muka bumi ini agar manusia dengan bentuk tubuh dan rupa yang baik, akal yang cerdas, hati yang bersih, dan petunjuk wahyu yang menyinari jalan kehidupannya mampu memerankan dirinya sebagai hamba dan khalifah-Nya dengan berbuat baik, membangun peradaban berkemajuan, dan tidak merusak alam raya.