Kamis 25 Aug 2022 17:00 WIB

Belajar Bisnis dari Abdurrahman bin Auf

Nama sahabat nabi yang sangat kaya ini banyak dijadikan inspirasi berbisnis.

Pebisnis (ilustrasi).
Foto:

Menurut penjelasan KH Hafidz Abdurrahman, keyakinan terdalam dari seorang Abdurrahman bin Auf menyatakan bahwa Allah-lah yang menjadi sumber rezeki bagi umat manusia. Allah pulalah yang bakal melapangkan dan menyempitkan rezeki hamba-hamba-Nya.

Untuk menjadi hamba Allah yang dilapangkan rezekinya, Abdurrahman bin Auf mengingatkan kita semua akan sembilan hal.

Pertama, memiliki keyakinan dan sikap tawakal kepada Allah yang kian baik.

Kedua, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah juga makin ditingkatkan.

Ketiga, sikap hidup yang ikhlas, tawadhu, tidak sombong, wara’, dan zuhud, harus terus kita tumbuhkan.

Keempat, gemarlah bersedekah karena sedekah tidak akan mengurangi harta kita. Sedekah justru menambah jumlah harta kita.

Yang kelima, carilah dan gunakan rezeki yang halal dan thayibah. Selanjutnya, yang

Keenam, selalu mensyukuri nikmat dan anugerah Allah SWT, apapun bentuk dan kondisinya. Sebab, dengan bersyukur, sebagaimana firman Allah dalam QS Ibrahim:7, nikmat dan anugerah Allah ba kal dilipatgandakan lagi.

Yang ketujuh, tak pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Kedelapan, bekerja keras dan berusaha terus-menerus tanpa mengenal lelah, serta mempraktikkan hukum sebab akibat. Dan yang kesembilan, jalani bisnis dengan kejujuran, amanah, qanaah, tidak hasad terhadap pesaing, banyak bersyukur, wara’ dan zuhud.

Selain memiliki keyakinan dan kiat agar dilapang kan rezeki oleh-Nya, Abdurrahman bin Auf juga memiliki pemahaman yang pantas kita teladani. Bagi dia, bukanlah harta yang melimpah yang menyebabkan seseorang masuk surga, tetapi mencari dan membelajakan harta yang sesuai dengan ridha Allah-lah yang membuat seseorang masuk surga.

Di samping itu, kita juga perlu melaksanakan manajemen waktu yang baik. Waktu untuk bisnis, masjid, jihad, mencari, dan mengembangkan ilmu, maupun untuk mengurusi keluarga, harus tersedia secara proporsional.

Kendati kita hidup pada zaman dan tatanan masyarakat yang berbeda dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Auf, tidak ada salahnya bi la kita tetap berupaya untuk belajar, mene lada ni, dan mempraktikkan kiat-kiatnya. Setuju? Keep spirit & change your life.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement