REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hanzhalah bin Abi Amir bin Malik Al-Anshari adalah salah satu sahabat Nabi SAW yang meninggal dalam perang Uhud. Ia adalah syuhada yang dalam sejarah Islam terkenal sebagai sahabat Nabi SAW yang dimandikan langsung oleh malaikat.
Hingga kemudian kalangan sahabat memberinya julukan Hanzhalah Al-Ghasil atau Ghasil Al-Malaikah (orang yang dimandikan Malaikat). Karena julukan itu juga orang-orang lalu memanggil keturunannya dengan Banu Ghasil Al-Malaikah.
Dikutip dari buku “40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah” karya Abdul Wadud Kasyful Humam, Hanzhalah bin Abi Amir merupakan anak seorang pendeta Yastrib, Abu Amir bin Shaify. Ia adalah salah satu petinggi suku Aus yang sangat benci dan memusuhi Islam.
Pada masa jahiliah, ia mendapat julukan Abu Amir Ar-Rahib, namun kemudian diganti oleh Rasulullah saw., dengan julukan Abu Amir Al-Fasiq. Julukan tersebut Rasulullah berikan karena dulunya dia adalah scorang pendeta (rahib) yang mengakui akan datangnya seorang Nabi dan berpegang pada agama hanif. Tapi, ketika Muhammad sudah menjalankan risalah kenabiannya, ia justru membenci dan memusuhinya. Bahkan, dalam perang Uhud ia berada di garda depan bersama pasukan Quraisy untuk memerangi Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
Pada waktu pembukaan kota Makkah, Abu Amir pergi ke Romawi menemui raja Heraklius hingga akhirnya meninggal dunia pada 9 H.
Tidak lama kemudian, anak Hanzhalah masuk Islam dan menjadi muslim yang baik. Bahkan ia pernah meminta izin Rasulullah untuk membunuh ayahnya, tetapi beliau tidak mengizinkan.
Setelah memeluk Islam, Hanzhalah menikahi Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, satu hari sebelum terjadinya Perang Uhud. Malam harinya, ia meminta izin kepada Rasulullah saw untuk bermalam bersama istrinya. Nabi saw mengizinkan Hanzhalah untuk bersama dengan istri yang baru saja dinikahinya itu.
Setelah melaksanakan salat Subuh, ia ingin secepatnya bergabung dengan pasukan Nabi ke Uhud. Namun sebelum berangkat, ia sempat bersenggama terlebih dahulu dengan istrinya. Tiba-tiba, ia mendengar seruan untuk berjihad, maka ia segera keluar memenuhi seruan itu dalam kondisi masih junub, belum sempat mandi besar.
Dalam peperangan itu, Abdullah bin Zubair memberikan kesaksian bahwa Hanzhalah berduel dengan Abu Sufyan bin Harb. Ketika Abu Sufyan hampir dikalahkan oleh Hanzhalah, dengan pedangnya yang siap menghunus dan merobek leher Abu Sufyan, namun Abu Sya'ub atau Syadad bin Al-Aswad melihat hal itu.
Abu Sya'ub lalu mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah hingga membuatnya jatuh tersungkur dan akhirnya gugur sebagai syuhada.
Jenazahnya dimandikan malaikat
Dalam syariat, orang yang mati syahid bisa langsung dimakamkan tanpa harus dimandikan, kecuali jika ia dalam keadaan junub. Karena para sahabat tidak mengetahui Hanzhalah dalam keadaan junub, mereka pun hendak langsung menguburkannya tanpa dimandikan.
Lalu Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya aku melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah bin Abi Amir di antara langit dan bumi dengan air dari awan di sebuah tempat yang terbuat dari perak."
Abu Sa'id Sai'di, RA berkata, "Ketika Baginda Rasulullah SAW berkata demikian, aku pergi melihat jenazahya. Kulihat bulir-bulir air bekas mandi menetes dari kepala Hanzhalah.”
Sepulang dari perang Uhud, para sahabat lalu bertanya kepada Istri Hanzhalah mengenai kabar suaminya. Istri Hanzhalah menjawab, “Ketika mendengar panggilan perang, Hanzhalah segera keluar dalam keadaan junub dan belum sempat mandi…”