Ahad 13 Mar 2022 22:13 WIB

Hikmah Dirahasiakannya Waktu Kiamat

Hari kiamat memiliki banyak sebutan.

Hari Kiamat (Ilustrasi)

Kiai Arifin mengatakan, para mufasir juga mengartikan sa'ah sebagai kematian. Sebab, waktu kematian pun disembunyikan atau dirahasiakan Allah SWT. Tidak ada satu pun orang yang tahu kapan dirinya akan mati. Meski begitu, Allah SWT memberikan tanda-tanda semakin dekat manusia dengan kematiannya, seperti sakit parah, beruban, berwasiat sebelum mati, hingga sakaratul maut.

Lantas, mengapa waktu terjadinya kiamat dan kematian dirahasiakan Allah SWT?

Kiai Arifin mengatakan, di antara hikmah diraha siakannya waktu terjadinya kiamat dan kematian ada lah agar manusia bersiap setiap saat menghadapi kematian dan kiamat. Hanya saja, pada saat yang sama manusia juga tetap menjalani hidup dan memakmurkan bumi dengan penuh gairah dan semangat.

"Kita mengambil hikmah bahwa setiap orang bersiap kapan saja nyawanya dicabut, bersiap kapan pun kiamat terjadi. Tetapi, di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa dengan disembunyikannya kapan seseorang meninggal dan kapan kiamat, itu agar manusia bisa hidup bergairah, meramaikan dan memakmurkan bumi," kata Kiai Arifin ketika mengisi halaqah tafsir Surah Taha ayat 15 yang diselenggarakan Masjid Bayt Alquran, Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pu sat Studi Alquran, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Kiai Arifin, bila manusia mengetahui kapan terjadinya kiamat dan waktu kematian,setiap manusia akan menyibukkan hari-harinya dengan shalat, berzikir, bersedekah, dan meninggalkan urusan dunia. Tidak akan ada manusia yang membangun dan memakmurkan dunia. Padahal, salah satu tugas manusia di muka bumi adalah untuk membangun dan memakmurkan bumi sebagai Khalifah Allah.

Sebab itu, Allah merahasiakan waktu terjadinya kiamat dan kematian agar manusia tetap mengingat-ingat akan pastinya datang ajal dan kiamat. Namun, pada saat yang bersamaan, manusia bersemangat untuk menyiapkan dan menambah bekal menghadapi kematian dengan memperbanyak amal saleh, termasuk memak murkan bumi.

 

 

sumber : Dialog Jumat
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement