Makna hadis Tsauban, yakni menerangkan sifat-sifat manusia. Di antara mereka, ada yang bermaksiat saat sendiri dan hatinya memang menentang Allah. Manusia lainnya bermaksiat saat sendiri karena dikalahkan syahwatnya.Padahal, seharusnya keimanannya mampu mencegah dirinya untuk bermaksiat. Namun, dalam beberapa kondisi, syahwatnya telah menguasainya dan membutakannya. Syahwat itu menjadikan pemiliknya buta dan tuli. Akhirnya, dia pun terjerembap dalam lembah dosa.
Dosa-dosa tersembunyi dilakukan seakan Allah tak bisa mengetahui apa yang disembunyikan. Sudah sejak lama seorang Muslim diajarkan bahwa Allah lebih dekat daripada urat leher seseorang. Dalam Asmaul Husna, Allah pun memiliki sifat Maha Mengetahui atau al- Khabir. Allah merupakan Zat Pencipta yang lebih tahu apa yang diciptakan. Allah juga menge tahui mana yang khianat dan apa yang tersem bunyi dalam dada.
Lantas, mengapa manusia masih melakukan dosa `tersembunyi'?