Rabu 10 Nov 2021 10:10 WIB

Literasi dan Kajian Manuskrip di Dunia Islam

Studi naskah adalah upaya menggali kearifan sejarah intelektual masa lalu.

Literasi dan Kajian Manuskrip di Dunia Islam. Arab Saudi Dapatkan Manuskrip Kedokteran Islam Abad 14
Foto:

Angka ini menunjukkan bahwa manuskrip Arab merupakan peninggalan sejarah terbesar yang masih bertahan sampai saat ini. Namun, menurut Prof. Aiman Fuad Sayyid (Direktur Pusat Manuskrip Al-Azhar Mesir), dari sekian banyak naskah itu hanya sekitar satu setengah juta saja yang layak diteliti.

Jutaan naskah ini sejatinya masih di luar yang dibakar pasukan Hulagu (Tatar) pada tragedi runtuhnya Kota Baghdad tahun 1258 M. Di Mesir jumlah manuskrip mencapai 125 ribu naskah. Jumlah ini merupakan terbesar kedua di dunia setelah Turki yang mencapai 250 ribu naskah.

Fakta ini membuat kita kagum betapa di tengah keterbatasan sarana pada masa itu yang hanya menggunakan penulisan tangan, para ulama ini begitu produktif menulis karya. Imam as-Suyuthi (w. 912 H/1506 M) misalnya yang hanya hidup sepanjang 62 tahun mampu melahirkan lebih dari 300 karya buku.

Imam ath-Thabari (w. 310 H/922 M), sang guru besar para mufassir, selama hidupnya mampu menulis sebanyak 358 ribu lembar atau 14 lembar/hari dihitung sejak usianya 15 tahun (perkiraan masa usia akil-balig). Belum lagi Imam an-Nawawi (w. 676 H/1277 M), Imam Ibn Taimiyah (w. 728 H/1327 M), Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H/1209 M), dan yang lainnya.

Dalam konteks modern, arti penting wujud naskah-naskah ini terlihat melalui relevansinya dengan tuntutan sosial-intelektual kekinian dengan terlebih dahulu dilakukan studi atas naskah-naskah itu. Arti penting studi naskah adalah adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan masa lampau ini terkandung nilai dan pemikiran yang dipandang masih relevan dengan situasi kini.

Lebih dari itu studi terhadap naskah merupakan upaya menggali kearifan sejarah sosio-religius dan intelektual masa lalu. Dalam studi keislaman (Islamic studies), kajian naskah menjadi sangat penting karena ia berperan menjelaskan Islam dengan tetap berada dalam parameter keilmuan. Karena itu pendekatan kajian naskah (tahkik turats) sebagai salah satu sarana untuk menggali khazanah keilmuan masa lalu ini menempati posisi sangat penting.

Sumber: Majalah SM Edisi 13 Tahun 2018

Link artikel asli

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement