Selasa 16 Mar 2021 21:06 WIB

Apakah Rasulullah SAW Melihat Allah SWT Saat Isra Miraj?

Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT

Isra Miraj adalah peristiwa Rasulullah SAW bertemu Allah SWT. Ilustrasi isra miraj
Foto:

Allah adalah wujud tanpa membutuhkan tempat, dan tanpa membutuhkan arah. Syekh Ibrahim Al-laqqani dalam nadzam Jauharat at-Tauhid menjelaskan: 

وَمِنْهُ اَنْ يُنظَرَ بِاْلاَبْصار#لَكِنْ بِلَا كَيْفٍ ولا انْحِصار * لِلمؤمنينَ اِذْ بِجائزْ عُلّقت#هَذا ولِلمُخْتار دُنْيًا ثبتَتْ 

“Termasuk perkara yang jaiz aqli (dimungkinkan oleh akal) adalah bahwa Dia (Allah) dapat dilihat dengan mata bagi orang beriman, akan tetapi hal itu dengan tanpa cara, dan tanpa batas. Hal ini (melihat Allah di dunia) dihubungkan dengan perkara yang jaiz. Pahamilah ini, dan melihat Allah di dunia itu berlaku bagi orang terpilih (Rasulullah). “

Berikut ini penjelasan Imam Nawawi sebagaimana dikutip dari Syarah Shahih Muslim:

فَالْحَاصِل أَنَّ الرَّاجِح عِنْد أَكْثَر الْعُلَمَاء : أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ بِعَيْنَيْ رَأْسه لَيْلَة الْإِسْرَاء لِحَدِيثِ اِبْن عَبَّاس وَغَيْره مِمَّا تَقَدَّمَ. وَإِثْبَات هَذَا لَا يَأْخُذُونَهُ إِلَّا بِالسَّمَاعِ مِنْ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا مِمَّا لَا يَنْبَغِي أَنْ يُتَشَكَّك فِيهِ

Kesimpulannya, bahwa pendapat yang kuat menurut mayoritas ulama adalah sesungguhnya Rasulullah Muhammad, melihat Tuhannya dengan dua mata kepala pada malam Isra berdasarkan hadits Ibnu Abbas dan lainnya seperti yang telah disampaikan. Dan mereka (mayoritas ulama)dalam menetapkan hal ini tiada lain kecuali berdasarkan (keterangan) yang didengar dari Rasulullah, ini merupakan hal yang tidak pantas untuk diragukan. 

Dalam pemahaman ulama Ahlussunnah wal Jamaah bahwa Allah dilihat  Rasulullah. Namun, ada perbedaan apakah Rasulullah melihat dengan hati atau kedua mata. 

Bagi yang meyakini Rasulullah melihat dengan hati, menyatakan bahwa pendapat yang kuat, Nabi Muhammad melihat zat Allah yang tidak menyerupai makhluk, dengan hatinya.

Allah memberikan kekuatan ke hati Nabi, sehingga bisa melihat Allah dengan hatinya, bukan dengan mata kepalanya. Pandangan ini adalah riwayat dari Abu Dzarr, Ibnu Abbas dan lainnya, dengan memakai dasar dari hadits-hadits dalam Shahih Muslim.  

Masing-masing pihak berlaku toleran terhadap pandangan yang berbeda, sehingga tak ada yang menyatakan bahwa yang berbeda divonis bid'ah apalagi sesat.  

 

Walau, berpijak pada teks dari Imam An-Nawawi di atas, dinyatakan bahwa pendapat yang rajih (kuat), dari pendapat kebanyakan ulama adalah bahwa Allah dilihat Nabi Muhammad dengan mata kepala. Wallu a’lam 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement