Secara fithriyah (asal penciptaan), manusia itu memiliki empat potensi. Pertama, hawas / indra dengan lima potensi (panca indra), yaitu indra penglihatan (mata), pendengaran (telinga), peraba (kulit), membau (hidung), dan pengecap (lidah). Kedua, qalb / hati dengan dua potensi yang kontradiksi, yaitu buruk / fujûr dan baik / taqwâ).
Ketiga, fu’âd / perasaan, yaitu potensi selektor/safety, kemampuan memilih dan menempatkan diri pada tempatnya. Keempat, lub / nurani, yaitu penentu kebenaran adanya kebaikan dalam diri manusia. Pemanfaatan kelengkapan secara terintegrasi ini, dikatakan makna hakiki al-syukr atau tasyakur kepada Allah SWT yang berarti adanya keimanan dalam dirinya.
Syukur sendiri artinya berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya atau bisa berarti pujian bagi-Nya. Lebih luas lagi, syukur berarti ungkapan lega dan senang atas semua nikmat Allah yang diwujudkan dalam lisan, hati, dan perbuatan. Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur.
-----
Ayat Dimyati, Dosen Tetap UIN Gunungjati Bandung
Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2017
https://www.suaramuhammadiyah.id/2021/01/17/al-iman/