REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawakal atau kepercayaan sepenuhnya kepada Allah SWT, adalah salah satu konsep yang sangat penting dalam Islam. Hal ini menggambarkan keyakinan seseorang bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ditakdirkan oleh Allah, dan bahwa hanya dengan mengandalkan-Nya lah kita bisa mencapai ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Salah satu contoh nyata dari tawakal kepada Allah adalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seseorang yang mencari pekerjaan dapat berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencari peluang, mempersiapkan diri melalui pendidikan dan latihan, namun pada akhirnya meletakkan hasilnya kepada kehendak Allah SWT.
Maka sikap tersebut menunjukan bahwa dia percaya rezeki dan keberhasilan akhir adalah hasil dari kehendak Allah SWT, bukan semata-mata karena usaha manusia.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman. (QS. Al-Maidah: 23).
Oleh karena itu, setiap manusia harus selalu bertawakal kepada Allah SWT. Berikut beberapa cara untuk bisa memperbanyak berserah diri kepada Allah, yaitu:
Pertama, merenungkan nikmat yang diberikan Allah
Dalam keheningan hati seseorang terdapat hubungan mendalam dengan Allah. Percayalah pada petunjuk dan Qadar-Nya, karena hikmah-Nya tidak mengenal batas.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nahl: 18).
Allah selalu memberikan nikmat kepada setiap orang yang beriman. Nikmat tidak selalu tentang uang, tetap bisa tentang kemudahan dalam perjalanan hidup, kelancaran dalam menggapai sesuatu, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, nikmat dari Allah tidak akan bisa dihitung karena begitu banyaknya. Sebagai umat Muslim yang harus dilakukan adalah bersyukur dan merenungi segala pemberian dari Allah SWT.
Kedua, jangan mencari validasi dari orang lain
Menginginkan kepuasan abadi orang lain adalah kebalikan dari tawakkul (bergantung pada Tuhan). Hanya Allah sajalah yang memegang semua manfaat.
Dalam perjalanan hidup, seringkali kita tergoda untuk mencari validasi dari orang lain tentang keberhasilan atau usaha yang telah kita lakukan. Namun, ketergantungan pada validasi eksternal dapat menjadi perangkap yang menghambat pertumbuhan dan kemandirian pribadi.
Penting untuk memahami bahwa nilai dan keberhasilan sejati tidak terletak pada persetujuan orang lain, melainkan dalam pengakuan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Ketiga, rajin beribadah terutama sholat
Setiap umat Muslim wajib untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Di samping itu, Allah juga telah menganjurkan umat-Nya untuk selalu berdzikir dan berdoa agar hidupnya penuh keberkahan.
Mencari ketenangan melalui doa, melakukan rutinitas dzikir dan sholat yang konsisten. Karena melalui ketakwaan tersebut, kepercayaan kepada Allah akan tumbuh subur.
Ketika umat Islam bersyukur dan mengingat Allah SWT maka akan bertambah nikmat yang diberikan.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Terjemah:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152).