Senin 11 Jan 2021 19:12 WIB

Pembagian Hati di Mata Ibnu Qayyim

Ada berbagai macam pembagian hati menurut Ibu Qayyim.

Pembagian Hati Dimata Ibnu Qayyim
Foto:

Seperti yang disebutkan dalam mayoritas riwayat yang shahih dari Hudzaifah bin Al-Yaman, sahabat Radhiyallahu Anhum membagi hati menjadi empat macam. Pertama, hati murni. Kedua, hati yang tertutup. Ketiga, hati yang terbalik. Dan terakhir, hati yang terdiri dari dua materi yaitu Iman dan kemunafikan

Hati murni, yaitu hati yang bebas dari selain Allah dan Rasul-Nya. Ia bebas dan selamat dari selain kebenaran. Di dalamnya ada pelita yang menyala. Dia dikatakan murni karena ia selamat dari berbagai syubhat dan syahwat serta di dalamnya ia memperoleh pelita yang menyinarinya dengan cahaya ilmu dan iman. Hati ini merupakan hati orang mukmin.

Hati yang tertutup yaitu hati yang didalamnya ada penutup sehingga tidak dapat mendegar nasehat dan tidak ada cahaya iman yang sampai disana akibat ditutup dengan rapat. Penutup itu Allah letakkan di atas hati mereka sebagai siksaan karena penolakan terhadap kebenaran dan kecongkakan sehingga tak mau menerima kebenaran. Ia adalah hati yang mati, pendengaran yang tuli, penglihatan yang buta. Dan semua itu adalah dinding yang menutupinya dari penglihatan. Hati ini dimiliki oleh orang kafir.seperti Allah sebutkan dalam surat al-baqarah ayat 88 ; “Mereka berkata, ‘Hati kami tertutup’.”

Hati yang terbalik, yaitu hati yang dimiliki oleh orang munafik. Allah membalikkan dan mengembalikan mereka pada kebatilan yang dahulu mereka berada di dalamnya, disebabkan oleh usaha dan perbuatan mereka yang salah. Inilah sejahat-jahat dan seburuk-buruk hati.

Ia mempercayai bahwa yang batil adalah benar dan yang haq (benar) itu adalah batil dan mereka setia kepada kebatilan. Sebagaimana  difirmankan Allah “Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalik-kan mereka kepada kekafiran disebabkan oleh usaha mereka sendiri.” (An-Nisa’:88).

Hati yang di dalamnya terdapat dua materi adalah hati yang imannya belum mantap dan pelitanya belum menyala. Ia belum memurnikan dirinya untuk kebenaran yang karenanya Allah mengutus para rasul.

Ia adalah hati yang berisi materi kebenaran dan hal yang sebaliknya. Terkadang ia lebih dekat dengan kekafiran daripada dengan keimanan. Dan pada kali lain, ia bisa lebih dekat dengan keimanan daripada dengan kekafiran. Karena itu, ia akan dikuasai oleh yang memenangkan pergulatan antara keduanya.

 

*) Mubhalig di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kepulauan Anambas

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement