Kamis 23 Jan 2020 04:27 WIB
Islam di Jawa

Peran Intelijen Belanda Atas Klaim Wali Songo dari China

Yang menyebarluaskan Wali Songo Berasal dari China adalah intelijen Belanda?

Santri Jawa
Foto:

Q: Itu kan kejadiannya Wali Songo sekitar tahun 1400-an. Nah, pada saat sebelumnya penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab, kan penyebarannya tidak sukses di daratan China, begitu juga dengan Eropa juga sangat sulit untuk menyebarkan agama islam. Jadi artinya, kalau Wali Songo itu datangnya dari dataran China itu tidak mungkin kan logika berpikirnya. Ada satu lagi, kita ingat waktu kita belajar sejarah di SMP atau di SD sejarah kebangsaan waktu itu, Wali Songo dalam usaha penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang pada saat itu masih agama Hindu, lalu mereka menggunakan wayang, baik wayang jawa maupun wayang Sunda, harus berbicara menggunakan bahasa Jawa atau Sunda, logikanya kan begitu. Dan, pantasnya pastinya Wali Songo itu orang Jawa atau orang Sunda, tapi keturunan Arab itu menurut saya. Dengan 9 di antaranya, 8 itu adalah keturunan China, bahkan nama Chinanya masih ada. Dengan buku ini muncul atau diterbitkan dengan judul 'Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam Di Nusantara' itu adalah akibat dari Wali Songo menyebarkan agama Islam, apalagi kalau itu disebutkan yang menyebarkan itu merupakan keturunan China, rasanya tidak logis. Menurut Bapak bagaimana?

A: Iya betul sekali, dengan memakai logika saja sudah tidak logis kan. Saya memakai sumber, dengan sumber ini saya buktikan. Bahwa awalnya merupakan sebuah dugaan dan yang menulis itu, yakni orang Belanda dari dinas intelijen politik, yang tugasnya untuk mengacaukan. Jadi, mungkin banyak sekali yang terkecoh. Tetapi, mencoba saya sampaikan terima kasih sudah diterbitkan sehingga kita dapat sumbernya yang selama ini tidak jelas kan. Nah, benar kalau memakai logika pun tepat sekali, tanpa memakai ini dengan logika sudah tidak masuk akal. Sampai sekarang Islam pun masih minoritas di China. Bahkan, etnis Islam Uighur kan ditekan sekali sekarang. Apalagi, dulu yang beredar di China itu agama Buddha dan Konghucu.

Sekarang mengenai masalah bahasa, bagaimana orang China mau menyebarkan ajaran dari Arab pakai bahasa apa? Jadi ini, masalah terjemahan. Bagaimana menyampaikan yang bukan asli dari nenek moyangnya, tetapi dari benua lain, untuk mengajarkan kepada orang yang mungkin pada saat itu masih di abad ke 14/15 penyebaran agama Hindu dan Buddha masih berada masa puncaknya, belum menurun, atau mungkin mulai menurun. Tetapi, dengan logika saja sudah kemungkinan saja kecil.

Dengan sumber sejarah ini saya berani katakan bahwa Residen Poortman by design mengacaukan. Dan, terima kasih kepada MOP dan putranya sudah menerbitkan. Sekarang mari kita bahas, seperti ini coba disebarluaskan lagi. Kita bahas lah apakah betul? Dari logika sudah tidak masuk akal, begitu juga dari sumber, hal tersebut sudah tidak valid, tidak ada pembuktian, atau tidak dapat dibuktikan karena sumber aslinya tidak ada. Jadi, yang ada hanya yang ditulis oleh Residen Poortman yang dikutip oleh ayahnya MOP.

Q: Perlu ditekankan bahwa data yang diperoleh hanya catatan tangan oleh Mr Poortman dan itu yang disebarkan di kalangan mereka saja dan kalangan China pada saat itu.

A: Katanya. Dituliskan katanya hanya boleh dibaca di kantor tulisan itu. Kok bisa dibawa pulang? Apakah Sutan Martua Raja, ayahnya MOP satu-satunya orang yang dia kasih unjuk? Tidak mungkin kan? Lalu itu ada, selai untuk perdana menteri di Belanda, yang empat lainnya itu ada di Hindia-Belanda. Orang di satu kantornya itu kan bisa baca. Nah, sekarang apakah betul hanya ditulis untuk dibaca di kantor? Apa bukan seperti yang tadi saya sampaikan? Kan sudah jelas tujuannya untuk memecah. Kalau untuk kalangan nasionalis, mereka punya metode sendiri. Dan untuk kalangan Islam pakar-pakarnya, antara lain, di Jawa Timur tuh Gubernur Jawa Timur Charles Olke van der Plas.

Q: Kita tidak bermaksud untuk rasialis, dengan adanya buku yang ditulis oleh Prof Slamet Muljana dalam buku ini ditulis bahwa ada terdapat 5 dari Wali Songo merupakan keturunan China berikut dengan nama-nama Chinanya. Kita di sini hanya ingin meluruskan sejarah, menggali sejarah, dengan data-data yang ada sebelum seluruh bangsa Indonesia membaca jalan sejarah yang salah. Harus kita luruskan.

A: Saya tambahkan, banyak yang saya luruskan. Saya sendiri beragama Kristen. Jadi, motif saya kok di sini meluruskan sejarah Islam? Bukan sejarah Islam, tetapi sejarah Indonesia yang saya luruskan, sejarah nusantara. Memang di sini ada peran Islam yang menurut pandangan saya mau dipelesetkan oleh Belanda.

Q: Statement terakhir?

A: Risiko untuk membuka lembaran hitam. Kalau kita melihat beberapa catatan yang berbeda-beda, bisa kita lihat akibatnya. Dalam buku ini, halaman 89 menurut Babat Tanah Jawi, Raden Fatah merupakan saudara seayah dengan Arya Damar. Sementara menurut dugaan Poortman, ayah Arya Damar adalah Hyang wisesa, sedangkan Raden Fatah merupakan anak dari Kung Ta Bumi atau Kertabumi. Itu berarti tulisan Chinanya kan. Nah, apakah banyak tulisan sansekerta di China kan atau diasumsikan mereka itu orang China? Nah, kemudian keduanya lahir dari wanita Tionghoa yang kita baca dari sejarah kita dulu, yaitu Putri Campa. Putri Campa terletak di timur pantai Vietnam yang ratusan tahun merupakan musuh bebuyutan dengan China.

Kemudian, pada halaman 96, pertama, Raden Fatah dari Palembang dan berjalan hingga singgah di Ampel. Sunan Ampel mengatakan kepada Raden Fatah: "Saya adalah ulama asing yang datang ke Pulau Jawa, engkau (Raden Fatah) orang Jawa tulen, turun-temurun memiliki Pulau Jawa" menurut Babat Tanah Jawi dan Serat Kanda, Sunan Ampel asalnya dari Campa. Tapi, menurut buku pedoman yang dikeluarkan Kemendikbud 2017 berbeda. Nah, ada berbeda juga, ketika di buku MOP dugaan, tapi di buku Slamet Muljana telah dibuktikan bahwa Jaka Dilan atau Arya Damar adalah Swan lyong.

Semua ini adalah contoh-contoh yang berbeda dan membingungkan, bagaimana yang beredar berbeda-beda. Yang dituliskan oleh profesor sejarah berbeda dengan yang ada di buku sekolah, yang di buku sekolah sekarang mengutip dari mana? Saran saya, ini sudah terbukti penulisan sejarah di Indonesia, baik di buku sejarah yang formal dan buku sejarah yang beredar di media sosial, amburadul dan sangat bertolak belakang. Banyak yang awal muasalnya tidak valid karena kebanyakan penelitian itu 100 persen orang asing yang mereka saling membantah.

Oleh karena itu, kalau penelitian belum final harus dituliskan, kalau ini belum final agar tidak terjadi kesalahpahaman. Saran saya harus dilakukan kembali penelitian mendalam mengenai hal ini semuanya, mungkin perlu dibentuk suatu komisi sehingga dapat disebarluaskan secara terstruktur, sistematis, dan masif. Dengan begitu, generasi selanjutnya tidak kebingungan membaca sumber yang bertolak belakang.

Selain itu, harus berbagai sumber jangan satu sumber. Cobalah anak bangsa pribumi yang melakukan penelitian, jadi dari kacamata pribumi jangan terus melulu dari Belanda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement