Jumat 11 Mar 2022 20:39 WIB

Ketika Manusia Diuji dengan Peperangan dan Kesulitan

Seorang Muslim yang percaya dengan keberadaan Allah SWT sebagai pelindung.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Berbagai kesulitan lebih sering mendorong seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (ilustrasi)..
Foto:

Di pantai, mereka melihat seorang anak laki-laki sedang bermain. Khidir tanpa alasan seketika membunuh bocah itu. Musa terkejut dan menanyakan alasan perbuatannya itu. Sekali lagi, Khidr menegurnya tentang ketidaksabarannya, dan Musa menyadari bahwa dia telah melanggar kepercayaannya. Dia memohon untuk memaafkannya lagi. 

Kemudian mereka datang ke sebuah desa, di mana mereka meminta makanan dan tempat tinggal kepada orang-orang, dan mereka ditolak. Saat berangkat dari tempat itu, mereka melihat tembok yang hampir runtuh. Khidr mulai memperbaiki tembok dan mulai mengaturnya lagi. 

Nabi Musa berkata kepada Khidir: “Apakah Anda menginginkannya, tentunya Anda bisa (setidaknya) mendapatkan pembayaran untuk itu?” (Al-Qur'an 18:77 )

Dan Khidir berkata: “Ini adalah perpisahan antara aku dan kamu. (Dan sekarang) saya akan memberi tahu Anda arti sebenarnya dari semua (peristiwa itu) yang tidak dapat Anda tanggung dengan kesabaran.” (Al-Qur'an 18:78 )

Khidir menjelaskan alasan di balik tindakan yang tampaknya tidak masuk akal ini. Kapal itu, ujar Khidir, milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. 

Kerap kali datang seorang raja bajak laut yang merebut setiap kapal para nelayan dengan paksa. Khidr ingin menyelamatkan kapal itu dengan membuat cacat pada bagian kapal, yang akan menyelamatkan mata pencaharian orang-orang miskin itu.

Tentang pembunuhan anak laki-laki yang tidak bersalah, Khidr berkata bahwa anak laki-laki itu akan tumbuh menjadi penjahat yang mengerikan di kemudian hari dan untuk mencegah kekejaman yang akan dilakukannya, sehingga dia harus membunuhnya. Adapun orang tua mereka, Allah akan memberkati mereka dengan anak yang saleh. 

Kemudian gubuk yang ia perbaiki dengan tangannya sendiri, karena di bawahnya ada harta milik dua anak laki-laki miskin. “Ayah mereka adalah orang yang berbudi luhur. Allah menghendaki agar harta itu aman sampai anak laki-laki mencapai kedewasaan dan datang dengannya sebagai rahmat dari-Nya,” kata Khidir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement