Sabtu 18 May 2024 14:30 WIB

Tiga Macam Ujian Dari Allah

Ujian merupakan fase yang harus dilewati untuk naik derajat.

Rep: mgrol 151/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi Al-Quran dan Berdzikir.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Al-Quran dan Berdzikir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia, tanpa terkecuali akan menghadapi cobaan dalam kehidupannya. Cobaan bisa datang dalam berbagai bentuk dan tingkat kesulitan. 

Cobaan tersebut sebagai bentuk kasih sayang dari Allah sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadis yang berbunyi:

Baca Juga

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji. (HR. Ath-Thabrani).

Oleh karena itu, Allah pasti akan selalu menguji manusia semasa hidupnya untuk melihat sejauh mana mereka bisa meningkatkan kualitas keimanannya meskipun dalam keadaan kesulitan.

Adapun bentuk-bentuk ujian dari Allah bisa berbeda-beda, di antaranya:

Pertama, Allah akan memberikan apa yang manusia inginkan secara langsung, dan Allah akan menguji atas syukurnya

Terkadang, manusia dihadapkan pada situasi di mana ia diberi apa yang diidamkan. Misalnya kekayaan, kekuasaan, kebahagiaan dunia, semua tampaknya tersedia di depan mata. Namun, dibalik semua itu, Allah menguji seberapa bersyukurnya manusia terhadap karunia Allah.

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa mendapatkan segalanya adalah berkah. Namun, sejatinya itu adalah ujian tersendiri. Allah ingin melihat apakah manusia masih mengingat-Nya dalam kesenangan, apakah masih merasa bersyukur atas segala yang diberikan oleh Allah. 

Dalam keadaan seperti itu, banyak yang lupa akan keberadaan Allah. Mereka terbuai dalam kesenangan dunia, lupa bahwa semua ini hanyalah pinjaman sementara. Mereka mungkin menganggap diri mereka pantas mendapatkannya tanpa mengingat siapa yang memberikannya.

Namun, bagi mereka yang bersyukur, ujian ini adalah kesempatan untuk menguatkan hubungan mereka dengan Sang Pencipta. Mereka mengingat Allah dalam keadaan suka maupun duka. Mereka menyadari bahwa segala yang mereka miliki adalah karunia-Nya, dan mereka bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan-Nya.

Dalam ayat ke-12 dari surah Luqman disebutkan:

‎وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. (QS. Luqman: 12). 

Dalam hadits juga dijelaskan:

‎مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

Barang siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak. (HR. Ahmad). 

Kedua, Allah tidak memberikan apa yang manusia inginkan dan Allah akan menguji dalam hal keimanannya

Ketika seseorang menginginkan sesuatu dengan sangat kuat, namun Allah tidak memberikannya, itu bukanlah tanda bahwa Allah tidak mendengar doanya atau bahwa Allah tidak peduli. Namun Allah sedang menguji seorang hamba-Nya. 

Allah ingin melihat seberapa teguh iman seseorang dalam menghadapi ketidakpastian dan ketidakpuasan.

Reaksi pertama yang mungkin muncul adalah kekecewaan dan rasa frustasi. Manusia mungkin merasa bahwa doa-doanya tidak terjawab atau meragukan keadilan-Nya. Namun, dibalik setiap ujian, Allah menyampaikan pesan, Allah ingin manusia memahami bahwa kehendak-Nya selalu lebih baik daripada keinginannya sendiri.

Dalam menghadapi ujian ini, iman seseorang benar-benar diuji. Apakah kita akan tetap bersabar dan percaya pada rencana-Nya meskipun tidak sesuai dengan yang kita harapkan? Apakah kita akan tetap berdoa dan berserah diri kepada-Nya meskipun tampaknya doa kita tidak terjawab? Ini adalah saat-saat ketika keimanan seseorang diuji hingga ke titik terendah.

Ketika seseorang mampu melewati ujian dengan memegang teguh iman dan ketabahan, itu adalah bukti bahwa keimanannya telah diuji dan terbukti kuat.

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad Darimi, Ahmad). 

Ketiga, Allah menahan apa yang manusia inginkan dan Allah akan menguji sejauh mana rasa sabarnya

Allah Sang Pencipta memberikan ujian kepada hamba-Nya dengan cara yang tak terduga. Kadang-kadang, ujian datang dalam bentuk menahan apa yang paling kita inginkan. 

Ujian tersebut adalah bentuk pengujian kesabaran yang amat dalam. Allah ingin melihat sejauh mana umat-Nya dapat menahan diri, mengendalikan keinginannya, dan tetap sabar di dalam menghadapi setiap ujian.

Di sisi lain, Allah memberikan ujian dengan tujuan melatih kesabaran manusia. Meskipun pada awalnya sulit, dengan berulangnya ujian, seseorang akan menjadi terbiasa dan mampu mengatasi kesulitan. 

Dengan demikian, Allah menghadirkan ujian dalam hidup untuk meningkatkan derajat kesabaran hamba-Nya.

Allah berfirman dalam Surat Ali Imran yang berbunyi:

لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ 

Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan. (QS. Ali-Imran: 186). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement