Selasa 11 May 2021 04:04 WIB

Seni dalam Jejak Nada Adzan

Sejak masa awal Islam, adzan telah dikumandangkan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Suara adzan kembali berkumandang pada Jumat (1/7) kemarin dari dalam bangunan Hagia Sophia untuk pertama kalinya sejak 85 tahun.
Foto:

Pada tahun 1923, setelah runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah dan di bawah kepresidenan Mustafa Kemal Ataturk, adzan diucapkan dalam bahasa Turki saat negara tersebut mengalami masa nasionalisme. Baru pada tahun 1950, ketika Adnan Menderes berkuasa, adzan tradisional Arab diperkenalkan kembali ke Turki. Ini tetap ada sejak saat itu.

Ada juga perubahan sementara pada kata-kata yang diucapkan dalam adzan setelah munculnya pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Di Kuwait, kata "datang untuk berdoa" diganti dengan "berdoa di rumah Anda" dalam panggilan, untuk mencegah orang-orang dari shalat berjamaah di masjid.

Di beberapa kota berpenduduk padat dengan penduduk mayoritas Muslim, seruan adzan terkadang ada yang dikumandangkan dengan suara yang sumbang. Menyadari hal ini, pemerintah Mesir pun mulai melaksanakan Tauhid Al Adhan, atau Proyek Penyatuan Adzan, pada tahun 2010.

"Setiap gubernur dulu mengadakan audisi dan pelamar harus melalui tes dan ujian untuk memastikan mereka cocok menjadi muazin," kata Syekh Saad. Dengan proyek unifikasi, masing-masing dari 29 gubernur Mesir memiliki satu muazin yang ditunjuk untuk menyerukan adzan dari masjid.

Adzan ini kemudian disiarkan langsung ke seluruh wilayah setempat. Pengikisan tradisi ini membuat sedih Syekh Saad. "Saya merasa kreativitas melodi adzan sedang hilang. Lanskap adzan sekarang terasa tandus," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement