Jumat 12 Feb 2021 09:29 WIB

Sifat Yazid di Balik Pemaksaan Baiat Husain Cucu Rasulullah 

Sifat keras Yazid di balik pemaksaan baiat kepada Husain cucu Rasulullah

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Sifat keras Yazid di balik pemaksaan baiat kepada Husain cucu Rasulullah. Ilustrasi
Foto:

Sejarah mencatat bahwa perang di Karbala itulah yang mengakibatkan terbunuhnya al-Husain, cucu Rasulullah ﷺ, sehingga memicu kemarahan kaum Muslimin. Peristiwa itu pula yang memicu Ibnuz Zubair mengumumkan sikap oposisinya terhadap sang Khalifah.

Permusuhan dan kebencian terus berlanjut hingga meletuslah peristiwa Hurrah (di Madinah) yang semakin mencoreng citra Yazid di mata kaum Muslimin. Dan tidak lama setelah peristiwa itu, Yazid pun meninggal dunia. 

Siapa saja yang mencermati gaya kepemimpinan Yazid tentu akan heran dan bertanya-tanya: "Ke manakah raibnya sikap bijak Muawiyah dari diri putranya ini saat berkuasa?" Kemungkinan besar, yang mendorong Yazid jatuh dalam berbagai kekeliruan ini adalah faktor usianya yang masih muda dan minimnya pengalaman. 

Ditambah lagi, tidak adanya para penasihat yang bijak di dekatnya dan lemahnya keinginan Yazid untuk mencari solusi damai. Akibatnya, sejumlah tragedi besar pun terjadi pada masa kekuasaannya, seperti terbunuhnya al-Husain, meletusnya pertempuran Hurrah di Madinah, dan pengepungan Kota Makkah. 

Yazid mencoreng masa kekuasaannya dengan aib yang tidak akan terhapus air laut sekalipun, dan kegetirannya tidak akan hilang oleh tawarnya air sungai (lihat Al-Umawiyyun bainasy Syarq wal Gharb).

Sikap keras Yazid agar al-Husain dan Ibnuz Zubair berbaiat kepadanya merupakan api pertama yang menyulut pertikaian di tengah kaum Muslimin.

Sementara itu, al-Husain dan Ibnuz Zubair menyadari bahwa keduanya sedang dicari-cari. Jika mereka tetap tidak mau berbaiat, bisa dipastikan mereka akan menjadi korban kekalutan Yazid, pedang para pengikutnya akan terhunus untuk mereka.  

Akhirnya, pada tengah malam al-Husain dan Ibnuz Zubair meninggalkan Madinah menuju Baitul Haram, Makkah. Keduanya mencari perlindungan di Makkah untuk keamanan jiwa mereka. 

Keduanya sadar betul bahwa mereka tidak akan aman dan selamat hingga memobilisasi para pembelanya di tempat yang sulit diserang  pasukan Yazid, dan tempat itu adalah Baitul Haram, di Makkah, seperti yang digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya:  

 

وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا "... Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia..." (QS Ali Imran ayat 97).   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement