Bisa juga astagfirullah karena sadar betapa Maha Pemurah-Nya Allah sedangkan diri masih belum maksimal menjalani kewajiban-Nya. Tak salah juga mengucapkan subhanallah karena Allah yang Maha Suci bisa menciptakan pertemuan dengan langit. Jadi, pengucapannya tergantung situasi.
“Tidak perlu berpikir, ucapan apa yang keluar, ya monggo. Allahu akbar bisa atau astagfirullah juga bisa. Setiap orang saya kira mempunyai ruang untuk menempatkan pola pikir mana yang dipakai temanya. Temanya bersyukur, alhamdulillah. Kalau melihat kekotoran diri, astagfirullah dan kalau melihat kebesaran Allah, Allahu akbar,” ujar dia.
Menurut dia, pilihan kalimat thayyibah tidak perlu diatur. Sebab, biarkan keindahan menjadi pengalaman setiap individu. Setiap orang berhak memutuskan apa yang menurutnya paling akurat.
“Kalimat thayyibah tidak perlu diisyariatkan karena itu pengalaman cinta dengan Allah. Nah, yang perlu disyariatkan adalah yang Allah minta dan tuntun kepada manusia,” ucap dia.
https://www.youtube.com/watch?v=Fc0b-vfusOE