Rabu 23 Sep 2020 23:10 WIB

Jejak 4 Komandan Perang Terbaik Islam Mulai Era Salahuddin

Sejarah Islam mencatat komandan perang terbaik pada masanya.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Sejarah Islam mencatat komandan perang terbaik pada masanya.  Salahuddin Ayyubi
Foto:

photo
Muhammad Al-Fatih dan pasukannya (ilustrasi). - (blogspot.com)

 Mehmed II (1432 -1481)

Mehmed sang Penakluk adalah orang yang akhirnya mengakhiri Kekaisaran Byzantium. Tentu saja, Bizantium tidak benar-benar memiliki 'kerajaan' untuk dibicarakan pada tahap itu, tetapi Mehmed II berhasil ketika Sultan lainnya gagal. Ia akhirnya menemukan cara untuk merebut Konstantinopel (kini Istanbul).

Mehmed lahir di Adrianople pada 1432. Ayahnya adalah Murad II, dan ibunya mungkin seorang budak. Ayahnya turun takhta di Edirne pada 1444, yang berarti Mehmed yang berusia 12 tahun adalah Sultan baru Kekaisaran Ottoman.

Masa mudanya mengalami kesulitan langsung ketika Venesia, Bizantium, Paus, dan Hongaria semuanya berusaha memanfaatkan fakta bahwa Ottoman memiliki seorang anak di atas takhta. Ayahnya merebut kembali tahta pada 1446. Sehingga, Mehmed melanjutkan studinya di Manisa.

Ia menjadi Sultan lagi pada 1451 ketika ayahnya meninggal. Kala itu, usianya lebih tua dan lebih bijaksana. Mehmed II sangat ingin menaklukkan Konstantinopel. Mehmed lantas membayar banyak uang kepada pembuat senjata kota asal Hongaria untuk membuat meriam terbesar yang pernah ada.

Sejumlah perselisihan dengan wazir agung merusak Pengepungan Konstantinopel pada 1453. Akan tetapi pada 29 Mei di tahun yang sama, Ottoman berhasil menerobos dan merebut kota tersebut. Mehmed melanjutkan untuk mengeksekusi wazir agung keesokan harinya.

Ia mengubah Konstantinopel menjadi ibu kota yang besar. Pada 1520-an, Konstantinopel adalah kota terbesar di Eropa. Mehmed melanjutkan pencariannya akan penaklukan, karena dia ingin memperluas Kekaisaran Eropa Timur yang lama ke dalam batas sejarahnya.

Ia mendapatkan kemenangan penting pada Pertempuran Erzincan pada 1473 untuk mengamankan dominasi atas Anatolia dan Balkan. Penaklukkan Konstantinopel jelas memberinya keyakinan. Sebab pada seperempat abad berikutnya, ia meluncurkan kampanye ke Hongaria, Walachia, Rhodes, dan Moldavia, di antara tempat-tempat lainnya.

Ada dugaan bahwa ia ingin menyerang Italia. Tetapi pada 1481, ia meninggal karena penyakit di sendi di lokasi hanya 25 kilometer dari ibu kota kekaisarannya. Beberapa sejarawan percaya dia mungkin telah diracuni.  

Selain banyak penaklukannya, Mehmed mereorganisasi pemerintahan Ottoman dan menjadi individu yang berpikiran bebas. Ia mengundang para cendekiawan Yunani dan humanis Italia ke istananya dan mengumpulkan beragam karya Yunani dan Latin di perpustakaannya. Selama masa pemerintahannya, astronomi, matematika, dan teologi mencapai level tertinggi di Kekaisaran Ottoman.

Babur (1483 - 1530)

Lahir sebagai Zahir-ud-Din Muhammad, di Andijan pada 1483, Babur (Macan) menjadi kaisar Mughal pertama setelah mengatasi serangkaian kemunduran awal. Ia adalah cicit dari Timur dan berasal dari suku Barlas.

Namun, beberapa anggota suku mengidentifikasikan diri mereka dengan orang Turki. Sehingga meskipun Babur adalah seorang Mughal, banyak dukungannya datang dari Turki. Karena tidak ada hukum suksesi yang pasti, setiap pangeran Timurid percaya bahwa ia memiliki hak untuk memerintah semua bekas wilayah Timur. Ayah Babur menghabiskan sebagian besar karir militernya dengan mencoba memulihkan ibu kota lama Timur, Samarkand.

Babur naik takhta di Fergana setelah kematian ayahnya pada 1495. Penguasa berusia 12 tahun itu menghadapi pemberontakan internal karena kerabatnya ingin memerintah. Babur kemudian berhasil menaklukkan Samarkand pada 1497, tetapi kehilangan lagi Samarkand hanya dua tahun kemudian setelah kehilangan Fergana.

Dia menderita kekalahan pada 1501 saat dia gagal merebut kembali kota dan kekalahan lain saat dia mencoba mendapatkan kembali Fergana. Secara keseluruhan, Babur menaklukkan dan kehilangan Samarkand tiga kali. Kegagalan terakhirnya pada  1512 memaksanya untuk mencari tempat lain dalam usahanya untuk ekspansi.

Ia melakukan serangan pertamanya di India pada  1519, dan ia merebut lokasi strategis di Kandahar (sekarang Afghanistan) tiga tahun kemudian. Setelah empat kali gagal menyerang Punjab, ia berhasil dalam upaya kelimanya pada 1525. Babur meraih kemenangan yang menakjubkan atas tentara musuh yang dipimpin oleh Sultan Ibrahim Lodi dari Delhi.

Tentara Babur berjumlah tidak lebih dari 12 ribu sementara lawannya memiliki sekitar 100 ribu tentara. 

Ia menggunakan taktik inovatif untuk memecah pasukan musuhnya, dan artilerinya menyebabkan kepanikan. Ibrahim tewas dalam konflik tersebut, dan dalam tiga hari, Babur berada di Delhi dan tiba di Agra lebih dari sepekan kemudian.

Keberhasilannya tampaknya telah menempatkan ia dan anak buahnya dalam bahaya yang mematikan. Mereka berada 1.300 kilometer dari markas mereka di Kabul dengan tiga musuh kuat di sisi yang berbeda. Tugas pertamanya adalah meyakinkan pasukannya, tidak memberontak dan kembali ke rumah. Kemudian dia menghadapi ancaman Rana Sanga yang memimpin konfederasi kuat yang mengancam penduduk Muslim di India.

Tidak hanya itu, ia kalah jumlah karena musuh memiliki 100 ribu prajurit dan 500 gajah. Namun, dia menggunakan taktik brilian untuk mengakali musuh dan mengusir mereka. Kasta prajurit yang berkuasa (Rajput) tidak pernah bersatu di bawah pemimpin tunggal lagi.

Setelah kemenangan ini, Babur bergerak ke timur dan merebut benteng Chanderi sebelum membawa pemimpin Afghanistan ke Bengal. Akhirnya, dia mengalahkan musuh ketiganya, Mahmud Lodi, pada Pertempuran Ghaghara pada 1529.

Babur mengatasi rintangan yang luar biasa dalam beberapa kesempatan dan merupakan salah satu komandan yang paling terampil dan kurang dikenal dalam sejarah. Pada 1530, putranya, Humayun jatuh sakit parah.

Babur dikatakan telah mempersembahkan hidupnya kepada para dewa sebagai ganti putranya dan berjalan mengelilingi tempat tidur tujuh kali sebagai bagian dari sumpah. Humayun sembuh, tapi Babur jatuh sakit dan meninggal. Kekaisaran Mughal ini membentang seluas 3,2 juta kilometer persegi pada puncaknya pada abad ke-17 dan berlangsung hingga 1857.

 

 

Sumber: https://historycollection.com/conquerors-innovators-7-greatest-muslim-leaders-commanders-history/ 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement