Kamis 18 Apr 2024 14:14 WIB

Saat Eropa Berebut Timur: Napoleon Manfaatkan Pembenci Islam untuk Invasi Mesir

Napoleon sangat ingin menyembunyikan kampanyenya melawan Mesir.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Kaisar Prancis Napoleon kala menyerbu Mesir.
Foto: wikipedia
Kaisar Prancis Napoleon kala menyerbu Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Paruh kedua abad ke-18 menyaksikan likuidasi hegemoni Eropa atas Amerika, Utara dan Selatan, yang menunjukkan perubahan besar dalam geopolitik global yang hampir stabil sejak abad ke-16.

Pada saat itu, Dunia Lama (Asia dan Afrika) tertutup dan jauh dari pengaruh kuat Revolusi Industri. Kemudian negara-negara Eropa memutuskan untuk memberikan perhatian lebih terhadap dunia tersebut. Tujuannya untuk mengeksploitasi dan mengendalikannya, serta menyalurkan kelebihan barang yang diproduksi melalui pasar komersialnya.

Baca Juga

Sebelum militer Eropa berangkat ke negara tersebut, yang sedang mengalami saat-saat paling damai, pelayaran penjelajahan Eropa yang tak terhitung jumlahnya dimulai. Sejalan dengan perjalanan tersebut, pengetahuan sistematis Eropa tentang Timur mulai meningkat.

Hal itu selaras dengan berkembangnya karya sastra yang ditulis oleh para penyair dan novelis Eropa yang jatuh cinta pada Timur, tanpa pernah menginjakkan kaki di dalamnya. Hingga akhirnya, pengetahuan tentang Timur berkembang pada akhir abad ke-18. Ini berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung, dalam membuka jalan berlangsungnya kolonialisme.

Misalnya, hanya lima tahun sebelum invasi Perancis ke Mesir, dekrit revolusioner Perancis menyetujui pendirian sekolah umum di Perpustakaan Nasional untuk mengajarkan berbagai bahasa di wilayah-wilayah Timur Tengah. Di antaranya bahasa Arab, Turki, dan Persia. Dengan tujuan meletakkan dasar-dasar pengetahuan tentang Islam dan dunianya.

Pemikir dan kritikus Edward Said menjelaskan perincian ini dengan sangat teliti dalam bukunya Orientalism: Western Concepts of the East. Dalam buku ini, dia mengungkap apa yang disembunyikan Barat, dengan menggunakan kedok budaya dan studi ilmiah. Ini sejatinya hanyalah posisi politik untuk mencapai tujuan mereka dan mencapai ambisi materialistis kolonial murni berdasarkan keserakahan.

Sementara itu, Napoleon Bonaparte memanfaatkan temuan Count Guy Volney. Dia adalah seorang penjelajah Prancis yang sangat memusuhi Islam, sampai-sampai ia yakin bahwa ambisi Prancis pada akhirnya bisa terwujud di Timur.

Dalam bukunya, A Journey in Egypt and Syria, yang diterbitkan dalam dua volume pada tahun 1787, Volney memberikan informasi berharga. Info ini kemudian dimanfaatkan oleh Napoleon. Informasi ini berisi sejumlah hambatan yang akan dihadapi setiap kampanye Prancis di negeri asing tersebut. Hambatan tersebut ialah Inggris, Sublime Porte, dan umat Islam sendiri.

Karena itu, Napoleon sangat ingin menyembunyikan kampanyenya melawan Mesir dan merahasiakannya, untuk mengantisipasi serangan armada Inggris. Begitu dia menginjakkan kaki di Alexandria, dia mengirim duta besar ke Sublime Porte untuk menghindari permusuhan Ottoman.

Satu hari setelah menetap di Kairo, dia merampas senjata pribadi dari umat Islam. Perlu diketahui, saat itu melepaskan senjata pribadi dipandang sebagai menghilangkan kejantanan seseorang.

Napoleon juga menghancurkan gerbang-gerbang lingkungan setempat, sesuai dengan saran Volney. Ini menunjukkan bahwa umat Islam adalah musuh alami dari setiap kampanye Prancis.

Dari rahim kampanye Prancis inilah, lahir pengalaman Barat modern di Timur, yang meluncurkan periode kemajuan luar biasa dalam institusi orientalisme, yang bertepatan dengan periode emas ekspansi Eropa antara tahun 1815 dan 1914.

Ketika cakupan kendali langsung kolonial Eropa diperluas dari 35 persen menjadi 85 persen dalam satu abad, sebagian besar wilayah di Timur berada di tangan Inggris dan Prancis.

Meskipun terdapat persaingan di banyak bidang, kedua negara, baik Prancis dan Inggris, berbagi dunia Islam, yang sebagian besar berada di bawah kendali mereka. Baik yang berkaitan dengan kehadiran militer, otoritas intelektual atas Timur (yaitu Orientalisme), atau sistem gagasan yang menjelaskan perilaku orang-orang Timur dan menganggap mereka memiliki mentalitas dan atmosfer khusus.

Ada hal lain yang paling penting, yaitu langkah yang diambil Prancis dan Inggris telah membentuk sebuah perbedaan mendasar antara superioritas Barat dan inferioritas Timur.

Dalam konteks ini, orientalisme Perancis-Inggris berbeda secara kuantitatif dan kualitatif, dalam hal studi Eropa mengenai Timur. Kedua negara mencapai posisi penting dalam studi orientalis, berkat dua jaringan kolonial terbesar pada abad ke-19. Keduanya mencapai kemajuan besar dalam orientalisme, jauh lebih besar dibandingkan kontribusi Spanyol, Portugal, Jerman, Italia, dan Rusia.

Adapun orientalisme Jerman tidak terkait dengan gerakan kolonial mana pun, karena berkurangnya kehadiran Jerman di Timur. Jerman terisolasi dan tidak mendapat keuntungan kolonial. Sehingga, orientalisme Jerman mempertahankan karakter ilmiahnya dan mengembangkan teknik penelitian ilmiah serta menerapkannya pada teks-teks Timur.

Aliran Orientalisme Jerman juga dibedakan oleh fokusnya pada warisan Arab-Islam. Orientalisme Jerman berbeda dengan aliran Perancis dan Inggris. Sebagian besar upaya orientalisme Jerman terfokus pada realitas Arab-Islam, yang sangat berguna bagi penguasa kolonial, yang ingin memahami sifat pembentukan kepribadian mereka yang ingin menduduki tanah mereka dan realitas sosial mereka.

Meski demikian, Orientalisme Jerman sama dengan rekan-rekannya di Perancis dan Inggris dalam menikmati otoritas intelektual atas Timur. Ini adalah karakteristik yang menjadi ciri upaya Barat untuk mempelajari Timur dan membuat penilaian mengenainya.

Orientalisme membuat peneliti mendeskripsikan Timur, berbicara atas nama Timur, dan menjelaskan rahasianya kepada rekan-rekannya, warga negara dan pemerintah. Kemudian menghubungkan penelitiannya dengan karya-karya Orientalis lainnya dan kepada banyak pembaca yang ingin mengetahuinya lebih banyak.

Sumber:

https://arabicpost.shorthandstories.com/Dangerous-orientalists/index.html

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement