Sejak abad ke-19, gerakan Zionis berusaha mengeksploitasi kisah Kuil Sulaiman dan menghidupkannya kembali dari lipatan sejarah kuno. Hal ini dibuat sebagai tipu muslihat untuk menduduki Palestina.
Padahal fakta sejarah membuktikan kaum Yahudi tidak mempunyai entitas politik kecuali selama 70 tahun. Ini periode di mana Nabi Daud dan Sulaiman mengambil alih kekuasaan dari tahun 1000 SM sampai tahun 928 SM.
Palestina telah menjadi wilayah Arab-Islam sejak penaklukan Islam pada abad ke-7 M hingga saat ini. Jangka waktu yang singkat di mana orang-orang Yahudi membentuk kekuasaannya tidak memberi mereka dasar sejarah apa pun untuk mengeklaim Palestina.
Namun ekstremis gerakan Zionis mengeklaim lokasi Kuil Sulaiman yang dihancurkan pada tahun 70 M (dihancurkan Romawi) adalah tempat yang sama dengan tempat Masjid Al Aqsa dibangun.
Karena klaim ini, Zionis terus mencari bekas reruntuhan Kuil Sulaiman dan membangunnya kembali di atas reruntuhan tersebut. Banyak sejarawan dan arkeolog Muslim yang membantah klaim itu.
Kendati demikian, upaya pembangunan kembali Kuil atau Haikal Sulaiman tidak pernah berhenti. Tepatnya pada 1929, di masa Mandat Inggris Atas Palestina, pecah sebuah revolusi yang dikenal dengan Revolusi Buraq pada 1929. Itu terjadi setelah sekelompok orang Yahudi menyerbu Tembok Buraq di Yerusalem.
Saat itu, umat Islam bentrok dengan sekelompok warga Israel yang ingin menyerbu Masjid Al-Aqsa dan mengadakan acara keagamaan di Tembok Buraq.
Kemudian dibentuklah Asosiasi Penjaga Masjid Al-Aqsa, yang cabangnya tersebar di sebagian besar kota-kota Palestina. Umat Kristen berpartisipasi bersama para pemimpin Gerakan Nasional dalam mempertahankan wilayah Palestina.
Menurut kepercayaan Yahudi..