Berdasarkan ayat tersebut, pemikiran seseorang digambarkan sebagai sesuatu yang dikerjakannya, yang kemudian diulas untuk menilai dengan gambaran yang tepat, dengan tujuan untuk mengetahui apakah pemikirannya termasuk sebuah petunjuk atau bukan.
Terkait bagaimana mengetahui apakah itu membuahkan petunjuk, ini bergantung pada hasil perdebatan atau dialog, bukan pada argumentasi yang telah diberikan.
Selain itu, dalam berdebat, juga perlu untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari lawan debat. Ini bertujuan untuk memunculkan argumentasi atau bukti yang dimiliki lawan bicara itu.
Salah satunya cara meminta penjelasannya adalah dengan memberinya pertanyaan atau dengan meminta ditunjukkan bukti. Hal ini sebagaimana tercantum pada Surat Saba' ayat 24 dan 27:
۞ قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰهُ ۙوَاِنَّآ اَوْ اِيَّاكُمْ لَعَلٰى هُدًى اَوْ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
"Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah, “Allah,” dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata." (QS. Saba' ayat 24)
Adapun dalam ayat 27 Surat Saba':
قُلْ اَرُوْنِيَ الَّذِيْنَ اَلْحَقْتُمْ بِهٖ شُرَكَاۤءَ كَلَّا ۗبَلْ هُوَ اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
"Katakanlah, “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Saba' ayat 27)
Dalam melakukan perdebatan...