Jumat 03 Mar 2023 05:11 WIB

Mengenal Lebih Dalam Muslim di Eropa Timur, Bosnia-Herzegovina

Islam di Bosnia datang bersamaan dengan Kekaisaran Ottoman.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Muslim di Bosnia dan Herzegovina. Mengenal Lebih Dalam Muslim di Eropa Timur, Bosnia-Herzegovina
Foto:

Kata 'invasi' biasanya disandingkan dengan dampak negatif; tetapi dalam situasi Bosnia, pendudukan Utsmaniyah membuktikan sebaliknya. Dari tahun 1463 hingga 1878, Bosnia dan Herzegovina mengalami periode kesejahteraan dan kemakmuran umum yang berkepanjangan.

Pemimpin Ottoman kala itu mengizinkan pelestarian identitas Bosnia. Selain itu, negara itu merupakan provinsi integral kekaisaran dengan nama historis dan integritas teritorialnya.

Selama abad ke-16, kehidupan ekonomi dan budaya berkembang pesat, hingga ibu kota Sarajevo saat ini menjadi salah satu dari sedikit kota di Eropa yang memiliki sistem pasokan air selama lebih dari 400 tahun.

Bertentangan dengan apa yang mungkin dipelajari di sekolah-sekolah Barat, Kekaisaran Ottoman tidak memaksa orang untuk masuk Islam. Toleransi terhadap keyakinan agama lain sebenarnya adalah salah satu ciri khas pemerintahan Ottoman.

Dilansir di About Islam, Rabu (1/3/2023), hal ini pulalah yang akhirnya membuat komunitas Muslim berbahasa Slavia lokal tumbuh menjadi kelompok etno-agama terbesar di negara itu. Tercatat sebanyak 67 persen dari populasi merupakan Muslim pada awal 1600-an.

Kesultanan Utsmaniyah, diikuti oleh Kekaisaran Austro-Hongaria pada akhir abad ke-17, disebut-sebut yang menyapu gagasan tentang bangsa Bosnia multi-agama. Mereka menyemai gelombang nasionalisme, yang mengarah ke peristiwa tak menyenangkan di Sarajevo dan akhirnya menyebabkan Perang Dunia 1.

Bosnia dan Albania adalah satu-satunya bagian dari Kekaisaran Ottoman di Balkan. Di wilayah ini banyak orang telah masuk Islam dan tetap di sana setelah kemerdekaan pada tahun 1992.

Namun, kemerdekaan itu dibayar mahal. Dalam perang saudara Yugoslavia (1991-1999), perang Bosnia selama tiga tahun adalah salah satu bagian paling berdarah. Sebanyak 97 ribu orang kehilangan nyawa, terutama oleh tentara Serbia, yang mana 83 persen dari korban adalah Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement