Selasa 13 Sep 2022 19:45 WIB

Mengenal Ibnu Jubair, Sang Pengelana Asal Andalusia

Rihlah Ibnu Jubair adalah catatan perjalanannya yang paling kondang.

Ilustrasi Ibnu Jubair
Foto:

Menurut Ibnu Jubair, orang-orang Abbasiyah seakan-akan menganggap Tuhan bukan pemilik bumi ini dan menganggap orang lain tidak akan pernah menyelamatkannya.

Kemudian, Ibnu Jubair melanjutkan per jalanan pulangnya melalui tanah subur Me sopotamia, melalui Mosul, lalu menembus Suriah, melalui Kota Aleppo. Di Suriah, dia singgah selama dua bulan di Damaskus, sebuah kota yang membuatnya terpesona. "Surga dari Timur," ujar Ibnu Jubair mengungkapkan kekagumannya.

Dia kemudian mengambil jalan menuju Akka, sebuah kota pelabuhan di Pantai Me diterania yang masih dikuasai tentara Salib. Saat itu, dia berniat melanjutkan perjalanan ke wilayah barat. Namun, saat menumpang sebuah kapal terjadi angin ribut yang mem buatnya terdampar di Selat Messina di Sisilia.

Di sana, ia tinggal selama hampir empat bulan, hidup di bawah keramahan Raja Wil liam II yang bisa berbahasa Arab. Ibnu Jubair merasa kagum dengan raja yang juga dikenal sebagai William the Good itu. Sebab, Raja William juga membawa orang-orang dari kalangan Muslim ke istananya.

"Dia memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap Muslim dan mengandalkan mereka untuk urusannya," tulis Ibnu Jubair. Ketika angin mulai mereda, dia kembali berlayar dan pulang ke Andalusia melalui pelabuhan Cartagena. Dia tiba di rumahnya di Granada pada April 1185 M. Di sanalah dia mulai menulis kisah pengelanaannya. Setibanya di kampung halaman, dia dengan sendirinya memiliki otoritas yang lebih sebagai cendekiawan dan musafir yang baru pulang dari Tanah Suci.

Ketika berusia 72 tahun, Ibnu Jubair melakukan perjalanan terakhirnya, melewati Makkah, Yerusalem, dan Mesir, lalu wafat di Alexandria, Mesir, pada 29 September 1217. Semasa hidupnya, Ibnu Jubair meninggalkan banyak puisi dan catatan perjalanan

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement