Selasa 26 Apr 2022 11:20 WIB

Sejarah Panjang Masjid Tgk Syiek Kuta Karang

Sejak didirikanTgk Syiek Kuta Karang, masjid tua ini telah dua kali perubahan.

Masjid Tgk Syiek Kuta Karang
Foto:

Dari beberapa sumber yang dibaca, di mata seorang orientalis Belanda Snouck Hurgronje, Tgk Syiek Kuta Karang merupakan tokoh ulama aktif, pintar, namun aneh.Menurut Snouck, kata Ikhwani, Tgk Syiek Kuta Karang dikenal sebagai seorang aktif dalam menuangkan pemikirannya, baik melalui pengajaran di lembaga dayah yang ia bangun maupun melalui tulisan dan bahkan dalam bentuk aktivitas dakwah.

Terutama dalam mengatasi kondisi Aceh yang sedang dalam perang melawan Belanda.Karena tidak hanya menguasai ilmu ajaran keagamaan sebagai seorang ulama, tetapi juga ahli astrologi dan kedokteran serta pengobatan. Namun, yang dianggap aneh lagi pemikirannya berbeda dalam banyak hal berkaitan dengan prilaku perang.

"Dalam buku yang saya baca ini, Snouck Hurgronje juga melihat Tgk Syiek Kuta Karang sosok ulama aneh, karena ia sangat menentang Belanda," ujarnya.

Semasa hidupnya, Tgk Syiek Kuta Karang banyak meninggalkan karyanya, mulai dari tentang sejarah, keagamaan, hingga buku terkait pengobatan.Ia menyebutkan, terdapat lima kitab yang sempat dituliskan ulama besar Aceh itu yakni Al-Qun'u li man Ta'attafa pada tahun 1843.

Kemudian buku Siraj al-Zalam pada 1849, dan buku Al Rahmah fi al-Tibb sekitar tahun 1853.Selanjutnya, setelah mendirikan masjid dan masa perang melawan Belanda kembali menulis buku keempatnya yaitu berjudul Maw'izah al-Ikhwan pada 1886, serta buku terakhirnya berjudul Tadhkirah al-Rakidin tahun 1889."Jadi ada lima buku yang beliau karang selama hidupnya, dan banyak karyanya itu di Malaysia, saya saja dapat buku ini setelah memesan dari orang Malaysia," kata Ikhwani.

Kunjungan wismanMasjid Tgk Syiek Kuta Karang mungkin tidak seterkenal Masjid Raya Baiturrahman di pusat ibu kota provinsi Aceh yang menjadi pilihan wisata religi baik bagi wisatawan lokal, nusantara hingga mancanegara.

Meski tidak banyak, masjid Tgk Syiek Kuta Karang yang hanya berukuran 10x10 meter ini kerap dikunjungi beberapa wisatawan lokal hingga mancanegara khususnya dari Malaysia."Sering juga ada wisatawan yang datang ke sini, masyarakat Aceh ada, tapi paling sering itu dari Malaysia," kata Imum Mukim Ulee Susu Muhammad Yusuf.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement