Kala itu di seantreo Mesir tidak ada yang beriman, kecuali Asiah, Hizqil (seorang keluarga Firaun), dan seorang laki-laki yang memperingatkan Musa. Di kemudian hari, setelah ditinggalkan Nabi Musa yang biasanya tinggal di istana Firaun, Asiah masih menyembah Allah secara sembunyi-sembunyi.

Saat Firaun menyiksa Siti Masyithah yang keimanannya pada Allah telah diketahui Firaun, Asiah berdiri memperhatikan dari pojok istana. Dengan jelas, ia melihat para malaikat naik ke langit membawa ruh Masyithah. Tatkala Allah menghendaki kebaikan istri Hizqil itu, Asiah semakin bertambah yakin dan beriman kepada Allah.

Tatkala Asiah memperhatikan Masyitah, Firaun datang menyampaikan apa yang telah dilakukannya kepada istri Hizqil tersebut. Mendengar hal itu, kekesalan Asiah pun tak lagi terbendung. Dengan lantang, ia berkata pada Firaun, “Celakalah engkau, wahai Firaun. Alangkah beraninya engkau kepada Allah,”.

Mendengar ucapannya itu, Firaun lalu marah dan membentaknya, “Sepertinya engkau sudah gila, tertular kegilaan si Musa itu,”. Firaun pun membuatkan pilihan kepada Asiah untuk berhenti beriman kepada Allah atau kembali mengakui bahwa Tuhan di muka bumi ini hanyalah Firaun. Asiah pun memilih beriman kepada Allah.

Mendengar demikian, Firaun naik pitam. Ia juga mengancam akan menyiksa dan membunuh Asiah jika tetap dengan keimanannya. Akhirnya, Firaun memerintahkan untuk membuat empat tiang pancang dan meletakkan sebuah batu besar di atas tubuh Asiah. Sehingga, Asiah memilih berada dalam penyiksaan hingga berpisah dengan dunia.

Dikisahkan pula para algojo Firaun menyiksa Asiah di bawah terik matahari. Hebatnya setelah mereka pergi, para malaikat segera menaungi tubuhnya, bahkan memperlihatkan kepada Asiah rumah yang akan ia huni di surga.

Ikuti Whatsapp Channel Republika