Kamis 17 Feb 2022 02:19 WIB

Tiga Bajak Laut Muslim Taklukkan Eropa

Tiga bajak laut Muslim yang menaklukan Eropa.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Galley Ottoman yang berbobot ringan.
Foto:

3. Sayyida al-Hurra

 

Dari seorang pengungsi anak menjadi ratu, dia adalah Sayyida al-Hurra. Ia juga dikenal sebagai Lalla Aicha al-Alami. Dia lahir di Granada pada 1485 dari keluarga bangsawan Andalusia, yang melarikan diri dari Spanyol setelah kekalahan Kristen dari Emirat Granada pada 1492.  Nama umum, Sayyida al-Hurra, berarti "wanita bebas" dalam bahasa Arab.

 

Di rumah barunya di tempat yang sekarang Maroko, Sayyida menikah dengan Sidi al-Mandri II, gubernur kota Tetouan di Maroko modern. Fasih dalam berbagai bahasa, Sayyida memiliki bakat untuk nasihat strategis, menjadi konsultan suaminya dalam hal pemerintahan dan diplomasi. Setelah kematian suaminya pada 1515, dia mengambil alih sebagai gubernur, dan memulai karir membalas penguasa baru tanah airnya atas perlakuan mereka terhadap Muslim.

 

Sayyida, bersama dengan sebagian besar orang Granada, tidak pernah benar-benar melupakan kehilangan rumah mereka.  Suaminya telah membentengi Tetouan untuk digunakan sebagai pangkalan dalam memerangi Spanyol dan Portugis.

 

Sayyida mengambil alih aktivitas angkatan laut Muslim di Mediterania barat dan Barbaros Hayreddin menguasai bagian timur. Mereka membentuk aliansi yang secara serius membatasi kegiatan kerajaan Spanyol dan Portugis di Mediterania.

 

Didukung oleh sekutu Ottomannya, armada Sayyida memperoleh banyak uang melalui uang rampasan dan uang tebusan yang diperoleh dari pertempuran dan penyerbuan.  Meskipun jumlah pastinya tidak diketahui, ada cukup kekayaan untuk membuat Tetouan berkembang sebagai kota besar di Afrika Utara. Begitu kuatnya angkatan lautnya sehingga Spanyol dan Portugis menganggapnya sebagai titik kontak utama mereka untuk negosiasi dengan pasukan Muslim.

 

Menjelang akhir karir dan hidupnya, Sayyida menikah dengan raja Maroko, yang konon terkesan padanya sejak pandangan pertama. Dia terus memerintah Tetouan dan mengelola corsair di bawah kendalinya saat dia menikah. Kekuasaannya berakhir setelah kudeta yang dilakukan oleh anak tirinya, putra al-Mandri, yang menggulingkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement