Kamis 10 Feb 2022 01:13 WIB

Kiprah Al-Ghazali dan Zaman Keemasan Islam

Kiprah Al-Ghazali dan Zaman Keemasan Islam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto:

Akbar S Ahmed, seorang cendekiawan Muslim Pakistan yang sangat terkemuka di Barat yang menjabat sebagai Ketua Studi Islam Ibnu Khaldun di American University, Washington, baru-baru ini menulis sebuah buku 'The Flying Man' di mana dia telah menekankan perlunya interaksi yang sama, keselarasan iman dan kerjasama antara para ilmuwan besar yang termasuk dalam agama-agama Ibrahim untuk duduk bersama dan bersama-sama berjuang melawan penderitaan umum saat ini dari pandemi, pembusukan dan kematian, dengan meremajakan semangat harmoni yang sama

Ada puluhan filosof Muslim yang sangat diuntungkan dari karya-karya terjemahan Yunani yang juga melahirkan banyak penemuan dan penemuan. Ibnu al-Haitsam menemukan kamera pertama dan mampu membentuk penjelasan tentang bagaimana mata melihat. Dokter dan filsuf Ibnu Sina menulis 'Canon of Medicine', yang membantu dokter mendiagnosis penyakit berbahaya seperti kanker.

Sedangkan al-Khawarizmi, seorang matematikawan Persia, menemukan aljabar. Selain itu ada pula ide-ide baru dalam filsafat, astronomi, kedokteran, dan banyak disiplin ilmu lainnya. Selain melestarikan informasi, para cendekiawan ini menyumbangkan wawasan baru di bidangnya dan pada akhirnya meneruskan penemuan mereka ke Eropa.

Setelah al-Ghazali menulis Tahafut al-Falasifah (The Incoherence of Philosophers), kritikusnya berpendapat bahwa dia menantang para filsuf dengan alasan bahwa mereka tidak dapat memberikan penjelasan rasional untuk argumen yang metafisik. Tantangan ini pun dianggap menghentikan pemikiran kritis di dunia Islam.

Namun, penelitian terbaru tentang Ilmu Islam yang dilakukan oleh berbagai sarjana, lebih khusus oleh George Saliba, seorang Profesor Arab dan Ilmu Islam di Universitas Columbia yang mengkhususkan diri dalam pengembangan astronomi dalam peradaban Islam, telah mempertanyakan argumen ini. Penelitiannya telah menetapkan al-Ghazali sendiri tidak mungkin bertanggung jawab.

Hal itu karena al-Ghazali dianggap menyebabkan kemunduran pada Zaman Keemasan Muslim. Penelitian Saliba menunjukkan bahwa Jika Ghazali telah memblokir pengaruh Yunani maka tentunya karya Al-Shatir pada abad ke-14 dan karya Copernicus pada abad ke-16 tidak akan berkembang.

Al Ghazali dalam filsafat agamanya berpendapat bahwa Tuhan adalah titik pusat dari seluruh kehidupan manusia yang berperan langsung dalam segala urusan dunia. Pengaruh Al-Ghazali tidak terbatas pada Islam, tetapi karya-karyanya beredar luas di kalangan sarjana dan filsuf Kristen dan Ibrani yang merupakan pengagum besarnya.

Para filosof Muslim memberikan wawasan baru di semua cabang seperti filsafat, astronomi, kedokteran, dan banyak disiplin ilmu lainnya, dan akhirnya meneruskan penemuan mereka ke Eropa. Peradaban Muslim setelah periode pencerahan yang mulia harus menderita kejutan pertama dan terakhir dengan invasi Mongol yang menjarah Baghdad dan mengobrak-abrik semua sisa peradaban dan harta pengetahuan termasuk 600 ribu buku di Darul Hikmah Baghdad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement