Selasa 22 Jun 2021 22:31 WIB

Temuan Wangi Parfum Peradaban Islam yang Inspirasi Dunia

Parfum salah satu sumbangsih penting peradaban Islam untuk dunia

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Parfum salah satu sumbangsih penting peradaban Islam untuk dunia. Parfum (ilustrasi)
Foto:

Pada volume 19 di Kitab al-Tasrif, dia membahas pewarna rambut yang bisa mengubah warna pirang menjadi hitam, termasuk cara-cara merawat rambut.

Bahkan untuk urusan rambut, dia menjelaskan bagaimana caranya untuk bisa memperbaiki kondisi rambut yang sudah kusut. Salah satu kosmetik ciptaannya adalah

stik pewarna yang berbentuk silindris untuk bibir. Saat ini, temuannya itu disebut lipstik. Dia pula yang memelopori tradisi membawa bunga saat membesuk pasien di rumah sakit.

Segenerasi dengan Al Zahrawi, ada Ibnu Sina (980-1037 M). Dia juga menyumbangkan pemikiran untuk perkembangan industri parfum. Tokoh yang dikenal di

Barat sebagai Avicenna itu memperkenalkan proses ekstraksi minyak dari bunga-bunga dengan cara distilasi. Dia tercatat sebagai ilmuwan yang paling awal

bereksperimen dengan mawar. Salah satu temuannya, parfum cair merupakan campuran antara minyak dan herbal yang dihancurkan, atau ekstrak kelopak-kelopak bunga. Hasilnya, parfum yang lebih awet wanginya.

Sejarah membuktikan, peradaban Islam menorehkan prestasi yang tinggi, termasuk dalam menghadirkan parfum kepada dunia. Para sarjana Muslim berjasa dalam

meneliti dan mengembangkan proses-proses ekstraksi wewangian, seperti melalui teknologi distilasi uap.

Contoh lainnya, ghaliyyah yakni pencam puran zat-zat aromatik dari bunga, kayu, atau pun rempah-rempah. Produknya bahkan tidak hanya parfum, tetapi juga

bahan-bahan dasar ramuan obat herbal. Segenap pencapaian ini sangat berpengaruh bagi kemajuan industri kimia masa-masa berikutnya. Bahan ramuan parfum

temuan para ahli kimia Muslim banyak diikuti kalangan industri parfum di dunia Barat.

Parfum datang ke Eropa melalui Andalusia. Minyak wangi dan banyak produk kebuda yaan Islam masa itu dibawa serta oleh orang-orang Kristen yang kembali dari

ge langgang Perang Salib. Artinya, wewangian Arab mulai masuk ke Eropa pada abad ke-11. Catatan dari Pepperers Guild of London yang bertarikh abad ke-12 menunjukkan, perdagangan yang dilakukan umat Nasrani Eropa dengan Muslim meliputi banyak komoditas. Parfum menjadi salah satu produk primadona.

Namun, dunia Kristen pada masa itu tidak berarti sepenuhnya tanpa parfum. Masyarakat Eropa sudah mengembangkan air aromatik, setidaknya sejak zaman Romawi Timur (Bizan tium). Santo Hildegard dari Bingen menggu nakan ramuan-ramuan herbal yang direndam dalam bak mandi air panas untuk menciptakan aroma yang menyenangkan. 

Ratu Elizabeth dari Hongaria dikenang sebagai pencipta cairan parfum yang berbahan dasar alkohol. Larutan itu dinamakan Air Hongaria.

Wewangian ini dibuat dengan mencampurkan brendi, rosemary, dan thyme yang kuat. Hingga abad ke-18, Air Hongaria cukup populer sebagai salah satu pilihan parfum bagi kalangan sosialita Eropa.

Hingga kini pun, tidak sedikit pabrikan parfum yang menggunakan unsur alkohol. Bagi umat Islam, perkara parfum yang mengan dung alkohol ditelaah secara fikih. Ada pendapat yang menyamakan zat alkohol dalam pewangi sebagai najis. 

Namun, ada pula yang berpandangan, cairan itu tidak sam pai najis, dengan berbagai dalil. Misalnya, ketika ayat Alquran tentang keharaman khamr turun, para sahabat Nabi SAW menumpahkan khamr-khamr mereka di pasar. Kalau zat khamr itu najis, niscaya perbuatan itu tidak diperbolehkan. Nabi SAW pun tidak memerintahkan umat nya untuk mencuci bejana-bejana bekas khamr.

 

Yang pasti, alangkah baiknya memilih parfum nonalkohol. Apalagi, saat ini sangat banyak produk we wangian dari bahan alami. Harganya pun cukup terjangkau dengan pilihan aroma yang juga variatif.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement