Sabtu 17 Apr 2021 05:45 WIB

Reformasi Gereja Luther Pengaruh Filsuf Muslim Ibnu Rusyd?

Ibnu Rusyd memberikan dampak terhadap Eropa dan gereja

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Ibnu Rusyd memberikan dampak terhadap Eropa dan gereja. Karya Ibnu Rusyd (ilustrasi)
Foto:

Adapun yang kedua, adalah kebencian akut yang dipimpin gereja terhadap segala yang berbau Arab dan Islam selama Perang Salib. Oleh karena itu, pihak gereja melakukan deklarasi ‘perang’ terhadap pemikiran Ibnu Rusyd dengan menerjemahkan karya monumentalnya Tahafut At-Tahafut melalui terjemahan yang salah kaprah sarat dengan distorsi, kontradiksi, dan fitnah, meski sebenarnya Ibnu Rusyd mengikuti jejak pemikiran Aristoteles sebagaimana gereja, tetapi gereja melawannya hanya lantaran Ibnu Rusyd seorang Muslim.

Menurut seorang peneliti bernama Dr Mona Abu Sunna, Ibnu Rusyd bahkan mendahului ( dalam konteks ini mengungguli) semua filsuf pencerahan Eropa. Baik yang ada di era sebelumnya atau yang menyerukan gerekan reformasi agama pada abad ke-16 yang dipimpin Martin Luther. Ibnu Rusyd secara tegas menyatakan urgensi untuk melakukan reinterpretasi teks keagamaan, sebagaimana tertuang dalam kitabnya Fashl Al-Maqal Fima Baina Al-Hikmah Wa As-Syari’ah Min Al-Ittishal.  

Menurut analis Sejarah Mujib Al Zahrani, Ibnu Rusyd membuka jalan bagi revolusi besar ilmu pengetahuan Eropa yang diwakili secara khusus Martin Luther. Sebelum Luther ada dua reformis yaitu Girolamo Savonarola dan Thomas Aquinas. 

Sebab Martin Luther di masa itu bagaikan simbol kuat yang memiliki pengaruh besar dalam menciptakan reformasi di bidang teologi Kristen. Tak tanggung-tanggung, gerakan Luther bahkan mengkritisi segala kebijakan gereja yang dinilai menyimpang dari ajaran-ajaran teologi.

Luther-lah, menurut Al Zahrani, yang melangkah maju dengan ajaran rasional yang paradoks dengannya. Jika Ibnu Rusyd mencari titik temu antara syariah dengan kebenaran di perbatasan kebajikan, sedangkan Martin Luther mengatakan pemisahan prosedural antara kedua tingkatan tersebut. Namun semangat dari gerakan yang dilakukan Luther mengacu banyak pada titik temu kebenaran yang rasional.

Al-Zahrani berada di depan kebajikan rasional Ibnu Rusyd, dan ia tidak lupa mengacu pada ketekunannya dalam syariat. Sebab ia berhenti di depan ciri-ciri teks rasional dalam hal linguistik dan ungkapan, hingga metodologi ketatnya yang tercermin pada teks dan membuatnya tampak kering, sambil memantau ruang-ruang teks di waktu budaya terbuka, hingga zaman sekarang.

Dalam konteks ini, menurut dia, peneliti menyajikan persimpangan antara Al Ghazali dengan Ibnu Rusyd. Terutama terkait dengan ketetapan nilai absolut yang diberikan Ibnu Rusyd kepada Imam Muhammad bin Muhammad Hamid Al Ghazali.

 

Sumber: youm7

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement