Rabu 24 Mar 2021 05:45 WIB

Redupnya Kekuasaan Dinasti Turki Utsmani di Palestina  

Kekuasaan Turki Utsmani di Palestina mulai redup sejak Perang Dunia I

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Kekuasaan Turki Utsmani di Palestina mulai redup sejak Perang Dunia I. Ilustrasi - Pasukan Ottoman, Turki.
Foto:

Namun, ketika Ottoman menang dalam Pertempuran Çanakkale, delegasi yang terdiri dari 30 sarjana dan lainnya, termasuk delapan sarjana dari Palestina, pergi ke Istanbul pada 28 September 1915, untuk memberi selamat atas kemenangannya melawan atas Sekutu. Hingga 1916, loyalitas Palestina kepada Utsmani masih kuat.

Fase keempat, tumbuhnya perasaan di antara para pemimpin Arab bahwa para pemimpin yang memegang kendali Kekaisaran Ottoman tidak menaati janji reformasi mereka, sementara praktik Jamal Pasha "The Ripper" di Mediterania Timur, menyebabkan munculnya reformasi dari para pemimpin Arab. Hal ini untuk menciptakan suasana kebencian, frustrasi, dan permusuhan baru.

Pada saat yang sama, Inggris menghubungi Syarif Hussein di Makkah untuk mendorongnya memberontak melawan Ottoman. Dan dia kemudian menghubungi para pemimpin masyarakat Arab untuk bersama-sama terlibat dalam revolusi.

Fase kelima, setelah Syarif Hussein mengumumkan revolusinya pada Juni 1916, situasi menjadi sangat membingungkan bagi kebanyakan orang. Revolusi menggunakan pembenaran agama Islam, di samping latar belakang Arab, untuk membenarkan peluncurannya.

Dalam salah satu pamflet, yang dijatuhkan pesawat Inggris untuk tentara Arab yang berada di pihak Ottoman, tertulis bahwa Syarif menyampaikan, "Ayo, bergabunglah dengan kami yang berjuang demi agama dan kebebasan orang Arab, sehingga Kerajaan Arab Saudi menjadi sama seperti pada zaman nenek moyang Anda."

Fase keenam, Inggris menunjukkan dukungannya terhadap pendirian negara Arab di Timur Arab, dengan Palestina akan masuk wilayahnya. Inggris kemudian mengeluarkan Deklarasi Tujuh Suriah pada Juni 1918, dan deklarasi Anglo-Prancis pada November 1918.

Dari situ, mereka semua memahami kemerdekaan bangsa Arab dan pemerintahan mereka sendiri, dan bahwa imigrasi Yahudi tidak akan merugikan mereka. Sehingga mereka mengerti darinya bahwa itu telah menjadi salinan Sykes-Picot dan Deklarasi Balfour karena dikeluarkan setelah itu.

Fase ketujuh, jumlah orang Palestina dan Arab terus meningkat sebagai tentara Ottoman, sehingga dilakukan perekrutan untuk menjadi tentara Syarif. Namun pada Juni 1918, laporan intelijen militer Inggris di Palestina mengakui bahwa upaya perekrutan menjadi tentara Syarif tidak terlalu berhasil. Sejumlah Muslim mengatakan tidak mengerti mengapa mereka harus berjuang untuk memberikan Palestina kepada orang Yahudi.

Fase kedelapan, setelah Kesultanan Ottoman jatuh, termasuk juga surutnya Palestina dan wilayah Arab Timur, masih ada kecenderungan yang meyakini bahwa redupnya pengaruh Ottoman memukul dunia Islam dan Umat Muslim. Gejolak meningkat sebagai akibat dari revolusi Syarif Hussein, dan ketika Inggris melanggar janji mereka.

Contohnya, setelah satu tahun pendudukan Inggris, Asosiasi Muslim-Kristen di Nablus mengangkat sebuah memorandum kepada Pangeran Faisal bin Syarif Hussein dan delegasi negara-negara Sekutu.

 

 

Sumber: islamweb 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement