Kamis 04 Jun 2020 16:00 WIB

Stilistika Alquran, Rupa Modern Kajian Sastra Qurani Klasik

Stilistika Alquran merupakan wajah modern dari kajian sastra klasik.

Stalistika Alquran merupakan wajah modern dari kajian sastra klasik. Ilustrasi kitab tafsir Alquran.
Foto:

Adapun teori tersebut dapat diintisarikan sebagai berikut ini: 

a. Nazhm adalah saling keterkaitannya  antara unsur-unsur kalimat, salah satu unsur dicantumkan atas unsur lainnya, dan salah satu unsur ada disebabkan ada unsur lainnya. 

b. Kata dalam nazhm mengikuti makna, dan kalimat itu tersusun dalam ujaran karena maknanya sudah tersusun terlebih dahulu dalam jiwa. 

c. Kata harus diletakkan sesuai dengan kaidah gramatikanya sehingga semua unsur diketahui fungsi yang seharusnya dalam kalimat.

d. Huruf-huruf  yang menyatu dengan  makna, dalam keadaan terpisah, memiliki karateristik tersendiri sehingga semuanya diletakkan sesuai dengan kekhasan maknanya, misalnya huruf ما / diletakkan untuk makna negasi dalam konteks sekarang, huruf  لا / lām diletakkan untuk  makna negasi dalam konteks future

e. Kata bisa berubah dalam bentuk ma'rifah, nakirah, pengedepanan, pengakhiran, حذف /ellipsis, dan repetisi. Semua diperlakukan pada porsinya dan dipergunakan sesuai dengan yang seharusnya. 

f. Keistimewaan kata bukan dalam banyak sedikitnya makna, melainkab dalam peletakannya sesuai dengan makna dan tujuan yang dikehendaki kalimat.   

Apa yang dikemukakan al-Jurzani ini adalah sebagian kecil dari mahakaryanya yang tersebar dalam berbagai buku. Ia telah menganalisis fungsi bunyi, kata dalam kalimat, dan fungsi semuanya dalam mengantarkan makna. Di dalamnya, diterangkan tentang pemilihan huruf, pemilihan kata, dan fungsinya dalam kalimat.  

Pada masa modern stilistika Arab dipelopori Ahmad al-Syayib dan Amin al-Khuli dengan menggunakan istilah ilm al-uslûb atau al-uslûbiyyah. Dalam perkembangannya terjadi tarik menarik antara yang berpegang teguh pada turast (tradisi lama) dan yang membuka lebar-lebar pengaruh stilistika Barat. Namun, kedua pihak sepakat bahwa ilm al-uslub huwa ibn syar’iy li al-balâghah (stilistika adalah anak sah al-balaghah).

photo
Membaca Alquran (ilustrasi) - (Muhammad Rizki Triyana (Republika TV))

Pada masa kontemporer ilm al-Uslûb tidak hanya digunakan untuk menganalisis teks-teks kitab suci dan karya-karya klasik saja, tetapi juga untuk menganalisis wacana jurnalistik, politik dan yang lainnya.

Merujuk pada pengertian stilistika di atas, maka stilistika Alquran adalah ilmu yang mengkaji  bahasa yang digunakan di dalam Alquran. Aspek-aspek yang menjadi ranah kajian dalam stilistika Alquran sama dengan aspek-aspek dalam stilistika pada umumnya. Dalam buku 'Stilistika Bahasa dan Sastra Arab', penulis menerangkan lima aspek kajian (khams mustawayat) stilistika yang kesemuanya itu juga menjadi ranah kajian stilistika Alquran, yaitu:

1. Al-mustawā al-shauti (aspek fonologi)

2. Al-mustawā al-dharfi (aspek morfologi)

3. Al-mustawā al-dahwi (aspek sintaksis)

4. Al-mustawā al-dalāli (aspek semantik)

5. Al-mustawā al-tashwīri (aspek imageri)

Adapun metode analisis stilistika Alquran, pertama menentukan surat dari Alquran yang akan menjadi objek material atau menentukan temanya seperti kisah Ibrahim AS dalam Alquran, Kisah Nabi Yusuf dalam Alquran dan sebagainya. Langkah selanjutnya mengkaji surat atau tema yang ditentukan dengan kelima aspek di atas.  

Namun untuk mengkaji kisah dalam Alquran perlu ditambahkan yang biasa dipakai untuk mengkaji kisah pada umumnya, antara lain, kajian tokoh dan penokohan, kajian dialog dan kajian alur. Diusahakan kelima aspek tersebut bisa saling menyapa, sehingga makna surat atau tema-tema itu tergambarkan dalam suatu struktur yang utuh.

*Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement