Rabu 27 May 2020 13:58 WIB

Delapan Penyakit Jiwa yang Dihindari Nabi Muhammad

Nabi Muhammad secara lugas menyebut delapan penyakit hati yang harus dihindari.

Delapan Penyakit Jiwa yang Dihindari Nabi Muhammad.
Foto:

4. Malas (Al-Kasal)

Malas adalah tidak adanya kemauan dan merasa berat melakukan pekerjaan, walaupun sebenarnya mampu menyelesaikannya. Bagi Raghib al-Ashfahani, malas adalah merasa berat dalam suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat.

Tiga alasan kenapa Islam mencela sifat malas. Pertama, jiwa menjadi buruk. Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ (رواه البخارى)

“Bila seorang hamba bangun malam, lalu berdzikir, lepaslah satu ikatan (setan). Bila ia berwudhu, lepaslah satu ikatan lagi. Jika ia shalat, lepaslah seluruh ikatan (setan tersebut). Di pagi hari, jiwanya akan bersemangat dan baik. Jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas” (HR al-Bukhari).

Kedua, malas adalah sifat orang munafik. Allah SWT berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan bila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (Qs An-Nisa’: 142).

Ketiga, malas mendatangkan penyesalan. Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Miftah Dar al-Sa’adah menyebut, malas akan melahirkan sifat menyia-nyiakan waktu, berlebihan, tidak memperoleh apa pun, dan penyesalan yang sangat parah.

Pun orang akan menafikan sifat keinginan dan kekuatan, yang keduanya adalah buah dari ilmu. Bila seseorang ketahui kesempurnaan dan kenikmatannya pada sesuatu, ia akan mencari dengan usaha dan keinginan yang kuat. Pada dasarnya, setiap orang akan selalu berusaha menggapai kesempurnaan diri dan kelezatannya.

Penyebab utama kemalasan adalah terlalu banyak tidur dan berangan-angan kosong yang membuat hati keruh. Jiwa merasa tidak punya semangat untuk menghabiskan waktu dengan kebaikan. Allah SWT, memerintahkan pada malam hari tidak seutuhnya digunakan untuk tidur, tapi juga digunakan untuk beribadah. Firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ  قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا  نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا  . . . إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit . . . Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang” (Qs Al-Muzammil: 1-3, 20).

Angan-angan kosong menjadikan manusia malas dan membuang waktu dalam kesia-siaan buaian lamunan. Inilah ciri orang kafir yang dikecam Allah dalam firman-Nya:

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ  ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)” (Qs Al-Hijr: 2-3).

Menghilangkan  penyakit  malas  dapat  dilakukan  dengan  memilih pergaulan yang baik,  dimana  mendukung  seseorang  mengisi  hidup  dengan hal-hal positif.  Teman yang  rajin, mendorong  diri untuk meniru dan ikut dalam berbuat baik. Al-Bukhari meriwayatkan Hadis dari Abu Musa:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ لَا يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً (رواه البخارى)

“Permisah teman duduk yang baik dan teman yang jelek, bagaikan penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau akan membelinya atau engkau mendapat bau wanginya. Adapun tukang pandai besi, dapat membakar rumahmu, bajumu atau engkau mendapat baunya yang tidak enak” (HR. Al-Bukhari).

Cara lain menghilangkan malas dengan mengingat pentingnya waktu yang hakikatnya  tidak berulang. Menyia-nyiakannya, menjadikan hidup tidak berarti.

5. Kikir (al-Bukhlu)

Kikir  berarti  menahan  harta  dengan  tidak  menunaikan  hak dan kewajiban  berkaitan dengan harta tersebut. Alquran mengecam sifat kikir dengan menyebut harta yang  ditanam tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya.

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” (Qs Al-Lail: 8-11).

Kikir muncul karena  berlebihan cinta harta, merasa hartanya miliknya sendiri, takut harta hilang, takut miskin dan merasa tidak butuh orang lain. Sifat ini banyak ditemui saat seseorang memiliki kecukupan harta. Di sinilah, manusia diuji untuk saling berbagi.

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement