Jumat 01 May 2020 10:02 WIB
Islam

Buya Hamka: Islam di Madura (Bagian 1)

Sejarah Islam di Madura

Madura Tempo dulu
Foto:

Maka kian lama kian nyatalah perbedaan pandangan hidup diantara dua Jawa; Jawa pedalaman dengan Jawa Pesisir! Masuk Belanda memperkuat perbedaan itu!

Madura menempuh jalannya sendiri dalam lingkungan pandang hidup Jawa Pesisir. Tanahnya miskin dan tandus, tetapi penduduknya kaya raya dengan Iman!

Pulaunya kecil, tetapi semangat Islam telah masuk ke dalam sumsum mereka, sebab itu mereka berjiwa besar. Dengan perahu-perahu, yang sekarang pun masih kita lihat berserak di pelabuhan- pelabuhan Indonesia, anak Madura berlayar. Tak takut angin, tak takut badai, pisau belati tersisip di pinggangnya (badik). Mereka lebih segan kepada Kiyahinya daripada kepada Priyayinya . Mereka berlayar ke Bugis, ke Ternate, ke Pontianak, ke Malaka dan juga ke Makkah!

Di darat mereka mengadakan "karapan sapi", di laut mereka berselaju perahu. Beberapa bagian dari pulaunya tidak dapat ditanami, karena tandusnya; namun anak Madura tidak pernah merasa dirinya miskin. "Kekayaan ada di laut!"

Guntingan bajunya dan pakaiannya menunjukkan kebebasan langkah tindak. Kaki celana besar dan terlalu dalam, sehingga mudah mengangkat menyepak halangan; lengan bajunya tidak boleh terlalu tebal dan destar menghiasi kepala yang membawa kemanisan sendiri!

Jiwa mereka lebih berdekatan dengan jiwa orang Bugis, yang sama suka berlayar. Maka tidaklah heran, jika sekiranya setelah pamor Kerajaan Gowa jatuh, salah seorang bangsawan Gowa (Makassar) Karaeng Galesong mengembara dengan perahu serta anak buahnya, sampai ke Madura. Meskipun bahasa Madura dan bahasa Bugis jauh perbedaannya, namun bahasa Melayu sebagai bahasa penghubung pada zaman itu, telah menghubungkan juga di antara penduduk pulau-pulau Indotnesia.

Tidaklah heran, jika semangat mengadu untung dengan gelombang lautan betapapun besarnya, yang ada pada orang Madura, yang ada pada orang Bugis, dapat berpadu jadi satu. Karena lima kali sehari mereka disuruh bersatu dalam sembahyang berjamaah!

Sejarah Kereta Api di Madura Beserta Album Foto KA Madura Tempo ...

Tidaklah heran jika kemudiannya darah turunan Pangeran Langgar yang bernama Trunojoyo, memadukan tenaga menegakkan cita. Tidaklah heran jika Trunojoyo mengambil Karaeng Galesong menjadi menantunya.

Maka sisa yang kelihatan sekarang ini, keteguhan pengaruh Islam di Madura, meskipun tidak kita lupakan beberapa hal yang masih "kolot", jika dilihat dengan kacamata sekarang, bukanlah semata-mata tumbuh pada masa ini, tetapi adalah dia, pusaka lama turun temurun, sejak zaman Demak!

Sejak kelihatan berkelap kelipnya api di hadapan mesjid Giri pantai Gresik, pada malam likuran bulan puasa! Anak Madura melihat api dipuncak Tursina. Merekapun datang kesana! Kedapatanlah bahwa api hanyalah unggun biasa, tiara tempurung dibakar tengah malam! Dan setelah mereka masuk ke dalam mesjid, bertemulah mereka "api sejati", sinar Tauhid yang tetap menyala.

Api itulah yang mereka bawa ke Madura di akhir abad keempat belas! Dan api begitu pula .yang mereka temui ketika berlayar ke Malaka! Api itulah yang mereka pasangkan sampai sekarang dalam hati mereka. Api Iman!

-----------

*Dikutip dari buku karya Prof DR Buya Hamka: “Dari Perbendaharaan Lama”. Buku ini  berisi kumpulan tulisan Buya Hamka di Majalah Abadi antara tahun  1955 sampai 1960.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement