Sabtu 25 May 2024 18:32 WIB

Dalil-Dalil Ini Patahkan Anggapan Semua Agama Sama, Injil Pun Tegaskan Perbedaan Itu  

Islam tidak mengenal persamaan semua agama dari berbagai aspek

Kubah masjid berlafaskan Allah (ilustrasi). Islam tidak mengenal persamaan semua agama dari berbagai aspek
Foto:

Dalam konsepsi teologis Islam, disebutkan, karena sudah terjadi ‘pemusyrikan’ terhadap ‘Tuhan yang Esa’ itulah, maka Muhammad SAW diutus sebagai Nabi akhir zaman, untuk seluruh manusia, dengan membawa konsep Tauhid.

Orang yang mengikuti Muhammad akan selamat. Jadi, yang selamat, bukan yang mengikuti agama Anand Krishna. Benar, kata Hamka, bahwa orang yang mengatakan semua agama benar, adalah orang yang tidak beragama.

Dalam tafsir Al Azhar (Juz VI, hal. 323), Hamka menyebut orang semacam Anand Krishna ini termasuk kelompok Shabiin, seperti disebutkan dalam al-Maidah ayat 69:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَىٰ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”  

Dalam tafsirnya itu, Hamka mencatat: ‘’Mulanya kelompok ini tidak bermaksud hendak membuat agama baru, melainkan hendak mempertemukan intisari segala agama, memperdalam rasa kerohanian, tetapi akhirnya mereka tinggalkanlah segala agama yang pernah mereka peluk dan tekun dalam Theosofi.’’

Upaya ‘mempertemukan intisari segala agama’ itu pernah juga dilakukan oleh Sultan Mongol Jalaluddin Muhammad Akbar, dengan membangun agama baru bernama Din Ilahy (Agama Tuhan). 

Sultan memerintahkan menyalin Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Persia. Istananya di Agra dipasangi ‘Api Suci Iran’. Ia pun memerintahkan menghormati sapi dan melarang memakan dagingnya, seperti laiknya ajaran Hindu. Namun, Sultan juga bertekun di dalam ibadah di bulan puasa.

 

Dalam tulisannya di Majalah Panji Islam (April-Juni 1940) yang berjudul ‘Dokter Agama’, Mohammad Natsir membuat perumpamaan, ‘resep’ yang diberikan oleh kaum Theosofi itu sebagai ‘obat sintese’, yakni obat campur aduk yang berpendapat bahwa semua agama adalah sama-sama baik. Obat ini antara lain dianjurkan oleh Inayat Khan Cs. ‘

’Akhir kesudahannya menghasilkan satu agama gado-gado, Budha tanggung, Islam tidak, Kristen tak tentu. Walaupun bagaimana, hasil dari perawatan dokter yang macam ini, bukanlah agama Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW,’’ tulis Natsir.  

sumber : Harian Republika

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement