REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Islam tidak pernah mengajarkan bahwa semua manusia suatu ketika akan menerima agama ini. Bahkan Islam mengajarkan bahwa keragaman agama menjadi bagian dari sunnatullah dalam kehidupan, sekaligus ujian dan jalan untuk berkompetisi di antara manusia, tetapi tidak pula Islam mengakui semua agama adalah sama.
Imam Masjid New York, Shamsi Ali, menjelaskan setidaknya ada tujuh pandangan Islam terhadap pluralitas agama.
Pertama, Islam secara mendasar meyakini bahwa ajaran agama itu satu. Yaitu meyakini Tuhan yang Satu dan berserah diri secara totalitàs kepadaNya. Itulah esensi dasar Islam.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ
“Rasulullah mengimani apa yang diturunkan kepadanya, juga orang-orang beriman semua mengimani Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka berkata): “Kami tidak membeda-bedakan di antara mereka.” (QS Al Baqarah ayat 286).
Kedua, sebagaimana agama Kristen, Islam diyakini sebagai agama misi (missionary). Tapi ajakan Islam (dakwah) bukan kepada “kelompok”. Ayat-ayat yang memerintahkan dakwah selalu merujuk kepada “ajakan kepada Allah” atau “ajakan kepada jalan Allah”.
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An Naḥl ayat 125)
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.
Ketiga, iman dan keyakinan dalam pandangan Islam adalah “kesadaran batin” yang tidak mungkin dipaksakan. Karenanya harus terbangun dengan “kebebasan” (freedom). Untuk itu Islam dengan tegas melarang paksaan beragama.
Baca juga: 5 Fakta Ini Jelaskan Mengapa Bangsa Romawi Diabadikan dalam Alquran
Keempat, Islam mengakui dan menghormati eksistensi agama-agama lain. Mengakui dan menghormati bukan berarti membenarkan dan meyakini. Tapi memberikan ruang pada orang lain untuk meyakini dan mengikuti agama masing-masing.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” (QS Al Kafirun ayat 5).
Kelima, konsep kesalehan dalam Islam bersifat Universal. Dan karenanya pada setiap komunitas ada kesalehan pada aspek kehidupan sosial.
Secara akidah dan ritual masing-masing agama meyakini kebenaran mutlak, tapi secara sosial kesalehan tidak didominasi oleh komunitas tertentu.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “Sesungguhnya yang termulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa.” (QS Al Hujurat ayat 13).
Baca juga: Bersyahadat tanpa Paksaan, Mualaf Julianne Froyseth: Islam Agama yang Rasional
Keenam, konsep ketuhanan dalam Islam adalah ketuhanan yang bersifat inklusif dan universal. Karenanya Tuhan dalam Islam tidak pernah dibatasi oleh batasan ras, etnis dan lain-lain. Tuhan itu adalah Tuhan semesta alam (alamin) dan Tuhan manusia (An Naas).
Ketujuh, Islam memandang semua manusia tanpa kecuali dengan pandangan positif (positive view). Bahwa semua manusia terlahir dalam keadaan baik, suci atau fitrah.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar Rum ayat 30).