Rabu 08 Nov 2023 19:35 WIB

Mohammad Natsir, Tokoh Masyumi yang Diangkat Menjadi Pahlawan Nasional

Mohammad Natsir merupakan salah seorang pahlawan nasional.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Gambar Mohammad Natsir dalam perangko tahun 2011
Foto:

Kemudian, M. Natsir juga aktif di Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) yang didirikan pada 21 September 1937 atas inisiatif KH. Mas Mansur (Muhammadiyah), KH. A. Wahab Chasbullah (NU), KH. A. Achmad Dahlan (Nonpartai), dan Wondoamiseno (SI). Pada masa pendudukan Jepang MIAI diubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 7 November 1945 dan selanjutnya mengantarkan M. Natsir sebagai salah satu ketuanya hingga partai tersebut dibubarkan.

Setelah Indonesia merdeka, maka M. Natsir dipercaya menjadi anggota komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan terpilih juga sebagai anggota Badan Pekerjaan (BP-KNIP) kemudian menjadi wakil badan ketua sampai diangkat menjadi Menteri Penerangan RI. Pada 3 Januari 1945, M. Natsir ditunjuk sebagai Mentri Penerangan pada Kabinet Syahrir I, karena Amir Syarifuddin Menpen yang digantikannya merangkap sebagai Mentri Keamanan Rakyat. 

M. Natsir menjabat Menteri Penerangan dalam empat Kabinet yang berbeda, yaitu Kabinet Syahrir I (3 Januari -12 Maret 1946), Kabinet Syahrir II (12 Maret — 2 Oktober 1946), Kabinet Syahrir Ill (2 Oktober — 1946 — 3 Juli 1947), dan Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 — 4 Agustus 1949). Ketika menjadi Mentri Penerangan itu, hubungan Bung Karno sangat dekat. Natsir pulalah yang meletakkan dasar-dasar Departemen Penerangan. Dalam kaitan ini, Herbert Feith menyatakan bahwa M. Natsir adalah salah seorang mentri dan perdana mentri yang terkenal sebagai administrator yang berbakat yang pernah berkuasa sesudah Indonesia merdeka. Bahkan Bung Karno mengakui kemampuan M. Natsir sebagai administrator, demikian juga Bung Hatta.

Pemikiran M. Natsir yang mendunia tidak lepas dari kehidupan keagamaan dan keintelaktualnya pada masa mudanya dan masa dewasanya. Baik pada masa di Padang maupun di Bandung. Karena menurut M. Dzulfikriddin bahwa ada dua hal yang menjadi latar belakang pemikiran dan aktivitas M. Natsir, yakni guru-gurunya, serta polimek masalah keagamaan dan kebangsaan. Guru-guru M. Natsir yang mempengaruhi pemikirannya adalah Ahmad Hassan, Agus Salim, dan Syaikh Ahmad Syurkati. 

Hal ini, yang diakui oleh M. Natsir sendiri bahwa merekalah yang banyak mempengaruhi pemikirannya, baik yang berkenaan dengan keagamaan maupun yang berkenaan dengan politik. Bahkan dipengaruhi pula oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Dari keempat tokoh Islam itu, dua orang tampaknya yang paling mempengaruhi pemikiran, sikap hidup, dan aktifitas politik Natsir, yakni Ahmad Hasan dan Agus Salim. 

Di samping itu, M. Natsir juha merupakan sosok sentral di balik pendirian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Dewan Dakwah diresmikan oleh beberapa alim ulama di Jakarta pada pertemuan halal bihalal di Masjid Munawaroh Tanah Abang Jakarta Pusat pada Februari 1967 lalu.

M. Natsir meninggal dunia pada 14 Sya'ban 1413 H, bertepatan dengan 6 Februari 1993 M, di Rumah Sakit Cipto Mangun kusumo, Jakarta dalam usia 85 tahun. Sepeninggalnya M. Natsir menjadi berita utama berbagai media cetak dan elektronik. Atas jasa-jasanya kepada negara, pemerintah Indonesia mengangkatnya menjadi pahlawan nasional pada November 2008.

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement