Setelah penaklukan Islam, maknanya adalah “rumah penyucian”, di mana seseorang disucikan dari dosa. Dalam teks Arab, “kota Yerusalem” dan dalam Injil Matius, “kota suci,” selain fakta bahwa “Yerusalem” muncul dalam sumber-sumber Arab sebagai sinonim untuk masjidnya.
Adapun nama “Yerusalem” diambil dari bahasa Arab modern pasca penaklukan Islam, dari penelitian tersebut telah dibuktikan bahwa Palestina adalah negara Arab yang otentik sejak awal sejarah, dan nama-namanya asli dan Arab kuno.
Sementara itu, Kaum Lakhmid tinggal di Palestina pada zaman Persia, sama seperti kaum “Ghassanid” yang tinggal di sana pada zaman Romawi, jauh sebelum munculnya Islam, dan ketika kekhalifahan Umar ibn Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Ketika beliau datang, Palestina dibuka untuk orang Arab sekali lagi, dan para leluhur Kristen atas kemauan mereka sendiri menyerahkan kunci Bayt Al-Maqdis sampai zaman Khalifah umat Islam, seolah-olah itu adalah bagian dari tanahnya Arab-Islam tanah.
Hal ini sebagaimana dibuktikan oleh sejarah dan konsensus umat, di samping tanah air kakek bangsa Arab, sejarah Isra Mira, dan awal perjalanan kenaikan Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha.
Baca juga: Perbedaan Mencolok Antara Miskin dan Kaya dalam Jalani Hisab Amal Kelak di Akhirat
Kakek orang Arab pertama, yakni Ismail bin Ibrahim as, lahir di Palestina, kemudian mereka pindah ke Makkah dan mendirikan Kabah di sana.
Jika kita mengetahui bahwa Ibrahim adalah orang Arab Mozarab pertama dan orang yang mendirikan fondasi Kabah dan merencanakan kota Makkah, maka kita melihat bahwa Palestina yang merupakan negeri Ibrahim dan tempat lahirnya Ismail adalah negara Arab yang asli. negara ini sejak zaman paling kuno, dan juga terkait erat dengan orang-orang Arab dan Muslim.
Kiblat pertama dari dua kiblat dan kiblat ketiga dari dua tempat suci Yerusalem adalah yang pertama dari dua kiblat dan yang ketiga dari dua masjid sejak peristiwa Isra Miraj.