Selama masa kepemimpinannya, ada pro dan kontra yang timbul tentang hukum seorang perempuan memimpin Aceh. Namun, hal tersebut tidak melemahkan semangatnya untuk tetap menjaga masyarakat Aceh.
Selama Sultanah Safiatuddin memimpin, muncul ragam bentuk strategi pemerintahan, seperti mengembangkan ilmu pengetahuan, menjaga stabilitas politik di tengah kolonialisme bangsa barat, membuat sistem pemerintahan yang efektif, mengatur komunikasi politik, serta memberikan zakat kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dalam hal menjaga martabat perempuan di Aceh, Sultanah Safiatuddin juga merancang beberapa strategi. Salah satunya dengan menyusun undang-undang khusus tentang wanita, serta strategi mengangkat kedudukan wanita.
5. Laksamana Malahayati
Keumalahayati atau akrab dikenal sebagai Laksamana Malahayati memiliki perjalanan perjuangannya sendiri. Dalam masa perjuangan melawan Belanda, ia diangkat sebagai laksamana oleh Sultan Aceh dan diamanahkan untuk memimpin pasukan Inong Balee.
Dalam sejarahnya, ia dikenal sebagai sosok perempuan yang ahli di medan perang. Tidak hanya itu, ia mahir mewakili Sultan Aceh untuk melakukan perundingan damai dengan pihak Belanda.
Atas jasanya tersebut, pemerintahan Indonesia memberi gelar pahlawan kepada Laksamana Malahayati mendapat pada 10 November 2017
6. Rasuna Said
Selanjutnya, sosok Muslimah yang perlu dikenal adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said, atau biasa dikenal Rasuna Said. Ia adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak wanita dan pentingnya kaum wanita dalam proses meraih kemerdekaan.
Sosok ini lahir pada September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat. Untuk terus mengenang perjuangannya, pemerintah Indonesia menetapkan beliau sebagai pahlawan nasional sejak 1974.
7. Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah
Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah adalah sosok reformator pendidikan. Ia terus berjuang dan pantang menyerah mempertahankan Sekolah Diniyah Putri di Padang Panjang.