REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Yusuf al Makassari bukan saja seorang ulama yang berperan besar dalam menyebarkan Islam di Nusantara, tetapi ia juga seorang pejuang yang gagah benari melawan penjajahan Belanda. Dalam catatan sejarah, ulama kelahiran Gowa Sulawesi Selatan 3 Juli 1626 yang bernama lengkap Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati al Makassari Al Bantani itu berkali-kali memimpin pertempuran melawan Belanda.
Pada 20 Oktober 1644 M, Syekh Yusuf al Makassari melakukan perjalanan ke Banten. Kala itu, Banten dibawah pimpinan Sultan Abu Al Mufakhir Mahmud Abdul Qadir (1596-1651). Kedatangannya ke Banten tak hanya untuk menimba Ilmu kepada ulama-ulama Banten, tetapi ia bersama para pejuang Banten lainnya berada di garda terdepan melawan penjajah.
"Pada tahun 1660 M, ia memimpin perang dan berkali-kali berhasil melumpuhkan musuh, baik melalui strategi kekuatan laut (melalui pelaut-pelaut ulung Banten) maupun kekuatan darat (pasukan gerilya). Karena perjuangan yang gigih itu, maka ia pun diterima dengan baik oleh Sultan Abdul Qadir dan menjadi kerabat dekat Kesultanan Banten," (Rizem Aizid dalam buku Biografi Ulama Nusantara, penerbit Diva Press, 2016)
Di tanah kelahirannya, Syekh Yusuf al Makassari bersama rakyat Gowa tak kenal mundur melawan penjajah meski setelah perjanjian Bongaya (perjanjian perdamaian) antara Kesultanan Gowa yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin dengan Belanda yang diwakili Laksamana Cornelis Speelman yang ditandatangani 18 November 1667, perlawanan rasa Gowa tak lagi memiliki pengaruh signifikan. Waktu itu, Arung Palakka, Sultan Bone memilih berpihak kepada VOC di bawah pimpinan Spelman dibanding mendukung Sultan Hasanuddin dari Makassar.
Lihat halaman berikutnya >>>