Selasa 25 Oct 2022 16:59 WIB

Jejak Buya Hamka di Dunia Islam

Buya Hamka memiliki reputasi di dunia Islam Melayu dan dunia Islam Arab.

Republika Penerbit akan Luncurkan Novel tentang Buya Hamka. Jejak Buya Hamka di Dunia Islam
Foto:

Pada tahun 1974 Hamka dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Universiti Kebangsaan Malaysia. Gelar itu diberikan langsung oleh Tun Abdul Razak, perdana menteri Malaysia (menjabat tahun 1970-1976) sekaligus Counselor universitas tersebut. Dalam sambutannya, Tun Abdul Razak menyebut bahwa Hamka bukan hanya kebanggaan bagi bangsa Indonesia semata, melainkan juga bagi bangsa-bangsa di Asia Tenggara.

Empat dekade kemudian, tepatnya pertengahan tahun 2017, muncul apresiasi dalam bentuk lainnya. Seorang anggota parlemen Sungai Besar, Negara Bagian Selangor, mendirikan Rumah Tamu dan Pustaka Hamka. Ada sekitar 100 judul buku Hamka yang dikoleksi perpustakaan ini.

Selain melalui buku dan novel, reputasi Hamka di dunia Melayu sangat disokong oleh magnum opus-nya (karya utama) yang diterbitkan di sana: Tafsir Al-Azhar. Tafsir ini ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa yang akarnya ada pada bahasa Melayu. Bahasa Melayu sendiri lazim dipakai di seantero Nusantara, mulai dari versi aslinya di Sumatra, Semenanjung Malaya, dan Borneo bagian utara serta variannya di kota besar di Jawa seperti Jakarta (dulu Batavia). Mulai ditulis saat Hamka dipenjara, tafsir ini selesai dalam kurun lima belas tahun dan dipublikasikan di Indonesia serta Malaysia.

Dengan narasi yang ia bangun dalam tafsirnya, Buya Hamka memperkenalkan Indonesia ke audiens dunia Melayu di luar Indonesia, dan, pada saat yang sama, memperkenalkan dunia Melayu ke audiens Indonesia. Oleh Mun’im Sirry, Tafsir Al-Azhar disebut sebagai “tafsir Qur’an paling berpengaruh di dunia Malaysia-Indonesia.” Penulis biografi Hamka, James Rush, dalam buku Adicerita Hamka (2017: 249) menyebut bahwa di dalam Tafsir Al-Azhar “Indonesia modern sepenuhnya tertanam dalam masyarakat Islam global dan sejarahnya. Kisah Islam adalah kisah Indonesia. Dan kisah Hamka juga.”

Buya Hamka di Dunia Islam

Di luar dunia Melayu Asia Tenggara, Hamka dikenal pula di bagian dunia Islam lainnya. Hamka meninggalkan jejak di dunia Islam di Asia Selatan ketika pada tahun 1958 ia menghadiri Simposium Islam di Lahore, Pakistan. Hamka datang sebagai utusan dari Indonesia bersama-sama dengan Hasbi Assidiqie dan Anwar Musaddad.

Namun, jejak Hamka yang paling menonjol di luar Indonesia dan dunia Melayu ada di Afrika Utara, khususnya di Mesir, negeri yang memelopori reformisme Islam sejak akhir abad ke-19. Mesir menempati posisi spesial di hati Hamka, baik secara personal maupun dalam karier profesionalnya.

Mesir telah hadir dalam kehidupannya sejak ia kecil. Ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah, sangat berorientasi pada Mesir. Pada tahun 1911 sang ayah bersama koleganya menerbitkan jurnal Al-Munir, jurnal yang terinspirasi dari jurnal Al-Manar-nya Muhammad Abduh.

photo
Tafsir Al-Azhar karya Buya HAMKA. - (Dok GIP)

 

sumber : https://suaramuhammadiyah.id/2022/08/29/jejak-buya-hamka-di-dunia-islam/
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement