Setelah akhirnya pulang ke Madinah, ia dikenal sebagai “As-Sabira” - yang sabar. Alih-alih duduk diam, dengan kesakitan menyaksikan orang-orang yang dicintainya mati dan dijebloskan ke penjara, dia malah pergi berkeliling dunia, memperjuangkan Islam dan berjuang untuk kebebasan. Dia bahkan dikatakan telah menyebabkan kebangkitan kembali umat Islam.
Zainab binti Ali adalah seorang wanita yang di nadinya mengalir darah Rasulullah (SAW); metafora untuk pembangkangan yang tertindas melawan penindas, kemenangan kebenaran melawan kepalsuan.
Melalui penanganannya yang luar biasa dari semua cobaan inilah yang dia alami, kita telah melihat sekilas kedalaman keberanian, kesabaran, kesabaran, dan kepatuhannya yang tak terhitung pada ketetapan Allah (SWT).
Kematiannya
Zainab binti Ali (RA) meninggal pada tahun 62 H. Menurut beberapa sumber, dia meninggal karena sakit selama perjalanan dengan keluarganya dari Madinah ke Damaskus di Suriah, di lokasi yang dikenal sebagai "Zaynabia". Yang lain menyarankan dia dibunuh oleh tentara Yazid saat diekstradisi dari Kairo di Mesir
Dari kisah, kehidupan, dan warisannya, kita dapat mengambil inspirasi ketika kita mulai merasa tidak berdaya di mata penindasan.
Dia menunjukkan kepada kita bahwa selalu ada cara untuk mengubah dunia di sekitar kita dan untuk selalu tetap berani dan teguh dalam pandangan kita terlepas dari reaksi yang mungkin kita terima. Kita bisa mendidik orang-orang di sekitar kita, kita bisa berdiri dan melawan, dan yang terpenting, kita bisa menggunakan kata-kata kita untuk memberikan pukulan dahsyat kepada musuh.