REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW meramalkan peristiwa dan keadaan seluruh hidup Zainab. Dia melihat peran yang akan dia mainkan dalam menyampaikan Islam.
Putri Nabi Muhammad, Fatimah Az-Zahra (RA) dan suaminya Ali bin Abi Thalib (RA) meminta Nabi SAW untuk memberi nama anak mereka. Nabi menjawab: “Aku tidak akan mendahului Tuhanku dalam hal ini.” Dia kemudian menyatakan bahwa anak itu harus diberi nama 'Zainab', yang berarti 'perhiasan sang ayah'.
Ada berbagai pendapat seputar tanggal lahir Zainab (RA). Sementara ada yang mengatakan itu adalah hari ke-5 Jamada Al-Awwal, yang lain mengatakan itu adalah hari ke-1 Syaban. Tapi apa yang kita semua tahu benar adalah bahwa Zainab binti Ali diberkahi dengan garis keturunan yang paling mulia; keluarga yang berilmu dan bertaqwa.
Keluarganya
Setelah mencapai kedewasaan, banyak yang mencari Zainab untuk dinikahi, ingin bergabung dengan keluarga Rasulullah. Namun, Zainab (RA) menikahi sepupu pertamanya, Abdullah bin Ja'far.
Seiring bertambahnya usia, dia menjadi sangat berpengetahuan tentang Islam. Dia juga menjadi advokat untuk wanita di masa di mana tidak ada hal seperti itu.
Kecerdasannya terlihat sangat jelas. Kapasitas dia menyerap informasi hanya dapat digambarkan sebagai luar biasa. Untuk jasanya terletak hafalan Al-Qur'an, sabda Nabi (SAW) tentang adab dan etika Islam, serta aturan pendidikan.
Dia mengadakan pertemuan untuk wanita di mana dia akan menyampaikan pengetahuannya dengan sangat singkat. Di antara banyak mata pelajaran, ia mengajar Hukum Islam dan Tafsir Al-Qur'an. Wanita biasa berkumpul untuk mengambil pelajaran Islam darinya dan menyerap sopan santun dan nilai-nilainya.
Dia menjadi terkenal karena kemampuannya untuk mengajar. Meskipun dengan pernikahan dia sangat kaya, dia hidup sederhana dan memberi dengan murah hati untuk amal. Zainab menyampaikan kelas-kelasnya kepada kelompok-kelompok wanita yang dia identifikasi sebagai orang-orang yang akan meneruskan pengetahuan kepada generasi berikutnya.