Selasa 13 Sep 2022 12:04 WIB

Benarkah Meninggal di Hari Jumat Ciri Husnul Khotimah?

Meninggal dalam keadaan husnul khotimah merupakan cita-cita setiap Muslim.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Taburan bunga disalah satu makam di TPU khusus Covid-19 Rorotan, Jakarta Utara, Senin (2/5/2022). Benarkah Meninggal di Hari Jumat Ciri Husnul Khotimah?
Foto:

Para ulama hadits berbeda pendapat tentang status hadits ini. Imam at-Tirmidzi (w. 360 H) sendiri yang meriwayatkan hadits ini dalam kitab Sunan at-Tirmidzi menilainya sebagai hadits gharib (karena diriwayatkan oleh satu orang saja) dan munqathi’ karena sanadnya tidak bersambung (laisa bi muttashil).

Menurutnya, tokoh yang bernama Rabiah bin Saif (w. 120 H) dari generasi tabiut tabiin yang meriwayatkan hadits ini tidak pernah bertemu dengan sahabat Nabi Abdullah bin Amr bin Ash (w. 63 H), sehingga ada satu perawi dari tingkatan tabiin yang hilang. Status gharib yang diberikan oleh at-Tirmidzi ini kemudian diteruskan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) seorang ulama hadits yang meninggal di Mesir dengan label dhaif dalam kitabnya Fathul-Bari (vol. IV/hal. 467).

Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Waketum PP Persis) KH Jeje Zaenuddin mengatakan hari Jumat merupakan hari terbaik dalam satu pekan yang Allah pilih sebagai hari ibadah utama pekanan. Terlebih, jika Muslim meninggal dalam keadaan melaksanakan ibadah. Itu menjadi poin utama dan indikasi pada akhir hayat yang baik, yaitu husnul khotimah.

KH Jeje mengatakan, tidak ada amalan khusus untuk meraih kematian husnul khotimah pada Jumat. Sebab, husnul khotimah tidak harus meninggal pada hari Jumat. Dia mencontohkan Nabi Muhammad wafat bukan pada hari Jumat.

“Rasulullah wafat bukan hari Jumat, melainkan hari Senin. Husnul khotimah bukan ditentukan meninggal hari apa, tetapi meninggal sedang dalam keadaan apa. Setiap yang meninggal dalam keadaan amal sholeh, itu tanda husnul khotimah,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement