Kamis 25 Aug 2022 16:16 WIB

Ciri Khas Masjid-Masjid di Nusantara

Sejumlah masjid yang memperlihatkan kekhasan arsitektur.

Sejumlah anak menunjukkan bungkusan nasi jangkrik saat puncak acara Buka Luwur Sunan Kudus di kawasan Masjid Menara Kudus, Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Senin (8/8/2022). Sebanyak 30.800 bungkus nasi jangkrik atau nasi berlauk daging kerbau dan kambing yang dibungkus daun jati dibagikan pada warga dari berbagai daerah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah sandang dan pangan serta mengajarkan untuk saling berbagi.
Foto:

Punden Berundak

Ciri khas ini selalu melekat pada masjid-masjid yang dibangun pada masa kerajaan.

Bagian punden berundak atau teras berundak pada masjid sering tidak disadari maknanya dan dianggap sebagai tangga bertingkat biasa sehingga keberadaannya diabaikan begitu saja.

Padahal, jika ditelurusi, ciri khas ini memiliki alkulturasi antara zaman Megalitikum dan proses Islamisasi di Indonesia.

Punden, yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya objek-objek pemujaan, sementara pada masyarakat Sunda artinya pihak yang dipuja. Makna filosofisnya, keberadaan tangga itu simbol media yang mengantarkan seseorang kepada Allah SWT melalui shalat lima waktu. 

Atap Berundak

Pada masa kebudayaan Indonesia Hindu-Buddha, bentuk atap bertingkat ini disebut meru yang dianggap sebagai bangunan suci tempat para dewa.

Penggunaan atap berundak pada sebuah masjid, di masa awal Islamisasi, justru menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pemeluk Buddha dan Hindu.

Akulturasi yang muncul pada masjid tersebut tidak menimbulkan kekagetan budaya atau cultural shock. Faktor penting lain dari segi teknik yang disesuaikan dengan ekologi bawah atap berundak ini memudahkan air meluncur ke bawah apabila hujan sekaligus sebagai ventilasi yang dapat memasukkan udara dingin ke dalam masjid apabila panas.

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement