Senin 22 Aug 2022 08:12 WIB

Sikap Tegas Habib Idrus bin Salim Aljufri Menentang Gerakan Separatis

Habib Idrus bin Salim Aljuri menentang setiap gerakan separatis yang merongrong NKRI.

 Habib Idrus bin Salim Aljuri menentang setiap gerakan separatis. Foto:  Habib Idrus Salim Al Jufri (Duduk tengah memakai jubah)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID,PALU -- Selain sebagai seorang ulama pendidik melalui Madrasah Alkhairaat, Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (SIS Aljufri) juga merupakan seorang pejuang yang merebut kemerdekaan. Tidak hanya berjuang melepaskan bangsa dari belenggu penjajahan Belanda dan Jepang, SIS Aljufri juga berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan menentang segala macam bentuk gerakan separatisme yang merongrong pemerintahan yang sah.

Salah satu contohnya, seperti dikutip dari hasil riset berjudul Dampak Gerakan Perjuangan SIS Aljufri dan Kontribusinya yang ditulis oleh Tim Peneliti Universitas Alkhairaat, pada 6 Mei 1950, Alkhairaat mengeluarkan sebuah maklumat yang  menentang setiap ancaman yang merongrong Pemerintah Republik Indonesia. Sikap politik SIS Aljufri dan Alkhairaat tersebut, antara lain dimaksudkan untuk memberikan peringatan terhadap kekuatan separatis apapun yang berusaha merongrong NKRI seperti,  NICA dan DI/TII.

Baca Juga

Pemikiran politik dan pendirian SIS Aljufri tersebut, dapat dilihat pada syair berikut:

 

بِاْليَرَاعِ وَبِالسِّيَاسَةِ فُقْتُمْ           وَنُصِرْتُمْ بِذَا جَاءَتِ اْلَانْبَاءُ

لَاتُبَالُوا بِاَنْفُسٍ وَبَنِيْنَ               فِى سَبِيْلِ اْلَاوْطَانِ نِعْمَ اْلفِدَاءُ  

خُذْ اِلَى الْاَمَامِ لِلْمَعَالِى بَاَيْدِي     سَبْعِيْنَ مِلْيُوْنًا اَنْتَ وَالزُّعَمَاءُ15

Artinya:

“Telah datang berita, engkau unggul dan tertolong dengan perantaraan pena dan politikmu.

Jangan risaukan diri dan anak-anak, demi tanah air alangkah indah penebusannya.

Bergandengan tanganlah menuju masa depan untuk kemuliaan, tujuh puluh juta jiwa dan para pemimpin akan bersamamu”. 

Sementara dalam masa transisi masyarakat di lembah Palu, tepatnya tanggal 6 Mei 1950, terjadi gerakan demonstrasi di hadapan pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT) di Palu, sekaligus menyampaikan Maklumat. Situasi tersebut mendorong Alkhairaat untuk ikut aktif, maka pada 15 Juni 1951, Alkhairaat mengadakan konferensi yang dihadiri oleh para tokoh masyarakat, kepala distrik, Raja-Raja yang ada di Palu, Donggala dan sekitarnya.

Kegiatan ini diketua oleh M.S Patimbang dan Sekretarisnya Kamaruddin Patimbang yang kedua tokoh ini adalah murid SIS ALJUFRI. Pokok isi berita acara dalam konferensi tersebut antara lain disepakati:

Pertama, menyatakan kebulatan pendapat dan tindakan Alkhairaat sekaligus mendukung maklumat 6 Mei 1950 dan menentang setiap ancaman yang merongrong pemerintah Republik Indonesia yang berpusat di Jogya.

Kedua, membangun dan membina serta mengembangkan Alkhairaat sebagai satu wadah yang bergerak untuk kepentingan umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Konferensi ini di hadiri 100 orang peserta, termasuk di dalamnya SIS Aljufri selaku Pimpinan Alkhairaat dan dilaksanakan di Gedung Alkhairaat yang pertama. Hasil konferensi disimpulkan‚ sepakat untuk merapatkan barisan menentang setiap bentuk ancaman dan terus membangun Alkhairaat dan RI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement