Selasa 26 Apr 2022 17:14 WIB

Landasan Syariat Itikaf dan Mengapa Sangat Dianjurkan untuk Umat Muslim?

Itikaf merupakan ibadah yang dianjurkan terutama 10 hari terakhir Ramadhan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Umat muslim membaca Alquran (tadarus) saat beritikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1443 H di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Jumat (22/4/2022) malam. Pada 10 hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Itikaf  adalah ibadah penyerahan diri kepada Allah Ta'ala dengan cara memenjarakan diri di dalam masjid, dan menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ibadah yang layak dilakukan di dalamnya.

Di mana dia memiliki misi, untuk berupaya menyamakan dirinya layaknya malaikat yang tidak bermaksiat kepada Allah, mengerjakan semua perintah Allah, bertasbih siang malam tanpa henti. 

Para ulama sepakat bahwa praktik itikaf disyariatkan di dalam Islam. Sebagaimana termaktub dalam Alquran dan sunnah.

 وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ “Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud." (QS Al Baqarah ayat 125)

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

". . . . janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid." (QS Al Baqarah ayat 187) 

Sedangkan dari hadits nabawi, ada banyak sekali keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan itikaf, khususnya di bulan Ramadhan. Bahkan beliau menganjurkan para shahabat untuk ikut beritikaf bersama beliau di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda: مَن كانَ اعْتَكَفَ مَعِي، فَلْيَعْتَكِفِ العَشْرَ الأوَاخِرَ "Siapa yang ingin beritikaf  denganku, maka lakukanlah pada sepuluh terakhir." (HR Bukhari)

Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama sepakat bahwa hukum asal dari itikaf adalah sunnah. Bahkan menurut Mazhab Hanafi, hukum beritikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, bagi penduduk satu kawasan, secara kolektif adalah sunnah kifayah. Artinya, jika di suatu kawasan sudah ada sejumlah orang yang melakukan itikaf, maka yang tidak beritikaf  ikut mendapatkan pahalanya. 

Baca juga: Alquran adalah Penyembuh, Begini Penjelasan Para Ahli Tafsir

Namun hukum beritikaf  dapat berubah menjadi wajib, apabila seseorang bernadzar untuk melakukannya, sebagai bentuk permohonan atas suatu permintaan kepada Allah SWT. 

عَنْ عَائِشَةَ، رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏:‏ ‏ "‏ مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَ اللَّهَ فَلاَ يَعْصِهِ ‏Dari Aisyah, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa yang bernadzar untuk mentaati Allah, maka taatilah Dia. Dan siapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada-Nya, maka jangan lakukan." (HR Bukhari)

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قلت: يا رسول الله، إني كنت نذرت في الجاهلية أن أعتكف ليلة -وفي رواية: يوماً- في المسجد الحرام، قال «فأوف بنذرك»

Dari Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘annhu, dia berkata, "Ya Rasulullah, aku pernah bernadzar pada masa jahiliyyah, untuk melakukan itikaf  satu malam di Masjidil Haram." Nabi Muhammad SAW menjawab, "Tunaikan nadzarmu dan beritikaf lah semalam." (HR Bukhari)   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement