Senin 11 Apr 2022 07:21 WIB

Masjid Cikoneng, Saksi Sejarah Penembakan Agresi Belanda II di Pandeglang

Masjid Cikoneng dibangun sekitar 1888.

Masjid (ilustrasi). Masjid Cikoneng, Saksi Sejarah Penembakan Agresi Belanda II di Pandeglang
Foto:

Dulu banyak jamaah dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Pandeglang saat Ramadhan dan sholat Jumat. Mereka berjalan kaki hingga seharian. Mereka datang dari Pulosari, Mandalawangi, Sodong, Saketi, Cipecang hingga Pandeglang.

"Kami berharap masjid itu segera dilindungi cagar budaya untuk menjaga kelestarian, " kata Abdul.

Menurut dia, saat ini pada Ramadhan Masjid Cikoneng Manungtung juga ramai untuk kegiatan pengajian Alquran, diskusi dan dakwah juga buka puasa bersama dengan menyediakan takjil.

Selain warga setempat juga terdapat santri salah satu pondok pesantren di daerah itu yang meramaikan kegiatan ibadah Ramadhan. "Kami lebih meramaikan masjid di bulan suci Ramadhan yang penuh ampunan Allah SWT," ujarnya.

Sementara itu, warga Manungtung Menes Kabupaten Pandeglang Sakranah (78) mengaku dirinya sejak kecil pembangunan Masjid Cikoneng sudah berdiri. Bahkan, dirinya saat pasukan Belanda tengah mencari ulama menembaki jamaah yang sedang sholat subuh di Masjid Cikoneng itu mengetahui dari bunyi rentetan peluru.

 

Kejadian itu, kata dia, dirinya masih kanak-kanak dan cukup teringat. "Kami sebagai warga asli pribumi Manungtung yang rumahnya tidak jauh dengan Masjid Cikoneng sama sekali tidak mengetahui pembangunan masjid itu, sebab sebelum lahir masjid itu sudah ada," kata Sakranah yang menyatakan memiliki puluhan cucu dan cicit.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement