Jumat 11 Mar 2022 02:27 WIB

Syekh Athiyah: Tidak Ada Nash yang Melarang Keutamaan Malam Nisfu Syaban

Mayoritas Ulama menganjurkan untuk menghidupkan malam pertengahan bulan Sya'ban.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Bulan di Tahun Hijriyah
Foto: Dom
Ilustrasi Bulan di Tahun Hijriyah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Mayoritas Ulama menganjurkan untuk menghidupkan malam pertengahan bulan Sya'ban. Pada malam itulah, dosa-dosa selama setahun dihapus sebagaimana malam Jumat yang menghapus dosa-dosa dalam sepekan dan malam qadar yang menghapus dosa-dosa seumur hidup.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika malam Nishfu Sya'ban, maka sholatlah pada malam harinya dan berpuasa pada siangnya. Karena sesungguhnya Allah turun pada saat menjelang terbenam matahari ke langit yang paling terdekat.

Baca Juga

Lalu Allah menyeru, 'Siapa orang yang beristighfar kepada-Ku maka akan Aku ampuni. Siapa yang meminta rizki, maka Aku akan memberikan rizki. Siapa yang sakit, maka akan Aku sembuhkan! Siapa yang begini, siapa yang begini…dan seterusnya hingga terbit fajar.'" (HR Ibnu Majah dan al-Baihaqi)

Dalam riwayat lain, disebutkan pula bahwa "Siapa yang mendirikan malam pertengahan Sya'ban dan dua malam Id, maka hatinya tidak mati di hari di mana hati-hati pada mati."

Abdul Rahman al-Mubarakfuri dalam 'Tuhfah al-Ahwadhi syarah Jami al-Tirmidzi' pada bab tentang apa yang terjadi malam pertengahan bulan Sya'ban, menjelaskan, seluruh hadits tersebut merupakan hujjah bagi mereka yang menganggap tidak ada keutamaan pada malam pertengahan bulan Sya'ban dan Allah SWT Yang Maha Mengetahui.

Mantan Mufti Mesir, Syekh Athiyah Saqr juga telah menjelaskan tentang keutamaan malam pertengahan bulan Sya'ban atau nisfu Syaban. Dia mengatakan, terdapat hadits yang menyampaikan keutamaan malam nisfu Syaban. Beberapa ulama menganggapnya shohih dan sebagian lagi menganggapnya dhaif. Tetapi mereka yang mendhaifkan mengizinkan menjadikan hadits tersebut sebagai dasar untuk melakukan berbagai amal kebajikan.

"Malam nisfu Syaban memiliki keutamaan dan tidak ada yang nash yang melarangnya. Bulan Syaban memiliki keutamaannya sebagaimana hadits riwayat An-Nasa'i dari jalur Usamah bin Zaid," terang Syekh Athiyah.

Dalam hadits tersebut, Usamah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Aku belum pernah melihat engkau puasa selama sebulan lamanya selain di bulan Sya'ban."

Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Itu karena Sya'ban adalah bulan yang dilupakan oleh manusia dan berada di antara Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan diangkatnya amal ke hadapan Allah SWT dan aku suka jika amalku diangkat dalam keadaanku sedang berpuasa."

Sumber: https://www.elbalad.news/5194885

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement